PROPRIOSEPTOR
(Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan)
Oleh
Robbin Yama Shita
1113024060
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Proprioseptor
Tanggal Praktikum : 22 November 2013
Tempat Praktikum : Loboraturium Biologi
Nama : Robbin Yama Shita
NPM : 1113024060
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : FKIP
Kelompok :1 (satu)
Bandarlampung,
November 2013
Mengetahui
Assisten
Pipin
Yuliana
1017021015
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHUAN..........................................................................
A. Latar
Belakang...................................................................................
B. Tujuan
Praktikum...............................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA............................................................
BAB III METODE KERJA..............................................................
A.Waktu dan Tempat..........................................................................
B. Alat dan
bahan...................................................................................
C. Prosedur
Kerja....................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
A. Data
Pengamatan...............................................................................
B. Pembahasan........................................................................................
BAB V KESIMPULAN.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem
saraf pada umumnya berjalan sangat cepat dan memiliki ketetapan yang cukup
tinggi. Secara normal, setiap rangsangan akan terdeteksi oleh otak, selama
rangsangan tersebut dapat mengeksitasi membrane sel-sel reseptor yang sifatnya
khusus, yaitu dengan membentuk depolarisasi atau hiperpolarisasi membrane
selnya. Atau dengan kata lain semua akan diketahui maksud dan artinya setelah
transmisi dari sel-sel reseptor mencapai otak untuk disadari.
Umumnya
semua kesadaran adanya perubahan lingkungan yang baik di dalam maupun di luar
tubuh akan dilakukan oleh otak, bukan sumsum tulang belakang, walaupun sumsum
tulang belakang merupakan bagian dari sistem saraf pusat. Setiap rangsangan
yang masuk ke dalam sumsum tulang belakang
adalah rangsangan yang bersifat refleks gerakan respon yang dihasilkan
terhadap rangsangan jauh lebih cepat dari kesadaran yang sampai ke otak
terlebih dahulu. Walaupun gerakan respon lebih cepat, namun akhirnya otak akan
menyadari juga apa yang terjadi.
Indera
manusia memiliki reseptor khusus yang menagkap atau menerima rangsang. Indera
manusia adalah mata (penglihatan), lidah (pengecap), telinga (pendengaran),
kulit (peraba), hidung (pembau), dan lidah (pengecap). Kelima indera tersebut
disebut juga panca indera. Indera manusia membantu manusia mengatur setiap
sikap tubuh dan perasaan tertentu (Campbell, 2002). Salah satu indra yang
sangat berperan dalam aktivitas sehari-hari manusia adalah indera pengelihatan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh indra pengelihatan
terhadap proprioreseptor maka dilakukan percobaan ini.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui proses propioreseptor
yang terjadi pada manusia.
- Untuk mengetahui seberapa pentingnya indera penglihatan terhadap
proprioseptor.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhiadanya propioreseptor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sensasi dan persepsi yang dikembangkan
di otak diawali oleh persepsi sensoris yaitu deteksi energi suatu stimulus oleh
sel -sel sensoris. Sebagian besar reseptor sensoris adalah sel-sel atau neuron
epitelium yang terspesialisasi yang terdiri dari sel itu sendiri atau bahkan
kelompok dengan sel jenis lain di dalam organ sensori,seperti mata dan telinga.
Reseptor sensoris lainnya yang disebut interoreseptor mendeteksi stimulus di
dalam tubuh seperti tekanan darah dan posisi tubuh. Semua stoimulus mempersentasikan
bentuk bentuk energi dan fungsi umum sel-sel reseptor adalah mengubah enegi
stimulus menjadi perubahan dalam potensial membran dan kemudianmenghantarkan
sinuak ke sistem saraf .
Penginderaan akan digunakan langsung
dengan sistem saraf sebagai sistem koordinasi tubuh. Organisme memiliki sensori
terhadap perubahan lingkungannya dengan menggunakan berbagai organ sensorinya
yang kemudian dihubungkan dengan sistem koordinasi untuk didasarinya. Sel-sel
reeseptor menstranduksikan stimulus sistem saraf dalam bentuk arus sistem
membran. Setiap rangsangan akan diterima oleh siuatu struktur protein yang
berfungsi sebagai molekul reseptornya. Sel reseptor bersifat selektif.
Rangsangan yang diterima akan diamplifikasi kekuataanya dengan menggunakan
berbagai reaksi yang menggunakan enzim. Akhirnya pada posisi membran lainnya
,hasil dari amplifikasi stimulus dikomunikasikan ke sel saraf dalam bentuk
sinyal saraf .
Pendeteksian suatu stimulus sesungguhnya
melibatkan pengubahan energi stimulus menjadi perubahan potensial membran sel
reseptor. Respon awal sel reseptor sensoris terdapat suatu stimulus dengan
mengubah permeabilitas membrannya sehingga menghasilkan suatu perubahan
potensial membran yang berdegradasi yang disebut potensial reseptor. Ada dua
macam reseptor yaitu reseptor external dan internal. Respon external terdiri
dari telereseptor (reseptor yang penginderaannya berhubungan dengan indera
tertentu) dan eksteroreseptor (reseptor yang inderanya berhubungan dengan
penginderaan kulit). Sedangkkan reseptor internal terdiri dari proprioreseptor
(reseptor yang terdapat didalam otot yang kerjanya berhubungan dengan kesadaran
dan kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi) dan
interoreseptor (reseptor yang menyampaikan informasi terhadap tulang belakang)
(Campbell, 2002).
Setiap
indra menerima stimulus khusus untuk penginderaan yang sesuai. Impuls sensoris
yang berakhir pada pusatpusat indera di otak, akan menimbulkan penginderaan
yang disadari. Jika impuls dari organ indera dihantarkan ke medula spinalis
maka akan terjadi juga aktivitas motoris tetapi penginderaan yang dihasilkan
bersifat tidak disadari. Agar dapat terjadi suatu penginderaan harus dipenuhi
empat syarat mutlak yaitu :
1.
Adanya stimulus atau perubahan lingkungan yang mampu
unuk membangkitkan respon sistem syaraf.
2.
Reseptor atau organ indra harus dapat menerima stimulus
dan mengubahnya menjadi impuls syaraf.
3.
Impuls syaraf harus dihantarkan sepanjang lintasan
sysraf dari reseptor atau organ indra ke otak.
4.
Pusat indra yang bersangkutan di otak harus
menterjemahkan impuls syaraf yang diterimanya menjadi sebuah kesan
(Iqbalali,2007).
Berdasarkan
tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu.
1.
Termo reseptor (peka terhadap perubahan suhu)
2.
Mekano reseptor
(peka terhadap sentuhan dan tekanan)
3.
Kemo reseptor (peka terhadap perubahan kimiawi)
4.
Osmo reseptor (peka terhadap perubahan tekanan
osmotik).
Berdasarkan
sumber rangsangan:
1. Ekteroreseptor,
terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau
luar
2. Proprioreseptor,
berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan dengan
sistem muskulo skeletal
3. Interoresptor,
terletak pada visera/alat dalam dan pembulih darah (Iqbalali,2007).
Propioreseptor adalah kesadaran atas
kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi. Propioreseptor
terdapat otot-otot dan sendi yang memberikan informasi akan tempat-tempat
tertentu pada tubuh tanpa harus menggunakan indera penglihatan, sebagai input
atau masukan ke system syaraf. Posisi tubuh juga dijaga supaya secara spontan
dengan menyertakan otot-otot antagonis dari proprioreseptor. Propioreseptor
terbagi menjadi dua yaitu propioreseptor sadar dan proprioreseptor dan tidak
sadar. Proprioreseptor sadar mencapai korteks sebrum yaitu tempat dimana
proprioreseptor itu sadar atau tidak. Sedangkan proprioreseptor tak sadar
menuju ke serebrum untuk integrasi aktivitas motorik pada hewan (Widiastuti,
2002).
Jika seseorang mulai kehilangan
keseimbangan, otaknya diberitahu oleh proprioreseptor dari kaki dan dengan
serentak dilakukan aksi untuk membenarkan kembali posisi tubuh. Aksi berbagai
otot yang terkordinasi dan waktunya sesuai memerlukan bahwa otak harus secara
terus-menerus diberikan informasi mengenai perbuatan otot masing-masing.
Propioreseptor melibatkan koordinasi saraf . koordinasi saraf berbeda dengan
koordinasi endokrin karena lebih cepat dan terdokasi. Keseimbangan juga
melibatkan organ penglihatan dan pendengaran(Kimball,1983).
Propioreseptor adalah kesadaran atas
kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi. Propioreseptor
terdapat otot-otot dan sendi yang memberikan informasi akan tempat-tempat
tertentu pada tubuh tanpa harus menggunakan indera penglihatan, sebagai input
atau masukan ke system syaraf. Posisi tubuh juga dijaga supaya secara spontan
dengan menyertakan otot-otot antagonis dari proprioreseptor. Propioreseptor
terbagi menjadi dua yaitu propioreseptor sadar dan proprioreseptor dan tidak
sadar. Proprioreseptor sadar mencapai korteks sebrum yaitu tempat dimana
proprioreseptor itu sadar atau tidak. Sedangkan proprioreseptor tak sadar
menuju ke serebrum untuk integrasi aktivitas motorik pada hewan (Widiastuti,
2002).
Reseptor kinetic propioreseptor dapat
mendeteksi tubuh tanpa harus dibantu dengan indra penglihatan . Potensial
reseptor dipertahankan selama ada stimulus dan potensial aksi tetap ditimbulkan
.Tiap otot kerangka , tendon dan persendian mempunyai propioreseptor yang peka
terhadap tegangan atau regangan otot atau terhadap laju perubahan keadaan tersebut.
Hal ini memungkinkan kontraksi yang serasi dari berbagai otot yang terlibat
dalam suatu gerak . Gelendong otot merupakan reseptor peregangan dan berguna
untuk menjaga agar tegangan dalam otot tersebut dalam batas kemampuan dan
relative konstan(Ville,W,1994).
Tiap otot kerangka, tendon dan
persendian mempunyai propioreseptor yang peka terhadap laju perubahan pada
otot. Impuls dari proprioreseptor sangat penting agar terjadi kontraksi yang
serasi dari berbagai otot yang terlihat dalam satu gerak. Tanpa propioreseptor
perbuatan yang rumit seperti membuat simput dengan mata tidaklah mukin untuk
dilakukan. Impuls organ juga penting dalam mempertahankan keseimbangan.
(Barnes, 1988).
Mekanisme refleks diawali dari
rangsangan yang berasal sari kulit dan otot yang memberikan respon yang
sifatnya berlawanan aksi, namun jalannya rangsang yang membawa ke pusat saraf
berlangsung secara sinergis. Serabut eferen akan membawa rangsangan dari
reseptor di kulit atau otot ke sumsum tulang belakang bagian tengah, namun masing-masing
saraf tersebut memiliki interneuron yang berbeda. Satu interneuron berhubungan
dengan serabut saraf dari kulit, sedangkan yang lain berhubungan dengan serabut
saraf motorik dari otot. Respon yang berlawanan ditunjukkan oleh end-plate pada
masing-masing interneuron, seperti serabut saraf neuron akan menuju motor
end-plate gelendong otot yang melakukan kontraksi pengerutan, sedangkan serabut
saraf neuron lainnya akan menuju motor end-plate gelendong otot yang akan
berelaksasi (Campbell, 2004) .
Jika
dilihat dari bentuk aksi-reaksi yang ditimbulkan, refleks memiliki berbagai
karakteristik yaitu:
1. Dapat
diramalkan, karena reaksi timbul saat ada rangsangan yang sama secara
berulang-ulang dan spesifik.
2. Mempunyai
tujuan tertentu, terutama dalam fungsional kehidupan organisme
3. Memiliki
reseptor tertentu; setiap rangsangan akan menimbulkan respon, namun bentuk
respon tergantung pada efektor.
4. Mempunyai
periode laten; ada waktu antara stimulus dan mulai terjadinya reseptor pada
efektor, yang tergantung pada banyaknya sinaps pada serabut saraf yang dilalui
impuls.
5. Periode
laten yang lama pada respons dapat mengakibatkan timbulnya kelelahan
(Widiastuti, 2002).
Refleks rentang memainkan sesuatu peranan penting
namun agak sederhana dalam perilaku. Suatu otot terentang dan bereaksi dengan
berkontraksi. Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang
teratur dengan baik yang mengarahkan kontraksi otot-otot antagonis dan secara
terus-menerus memonitor keberhasilan dengan perintah-perintah dari otak yang
diteruskan dan dengan cepat mampu melakukuan penyesuaian(Kimball,1983).
Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-serabut
efferent yang membawa impuls sampai pada cornu posterior, selanjutnya melalui
suatu interneuron stimulus diteruskan kepada cornu anterior, dan melalui
serabut-serabut motoris (efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor yang
terdapat pada otot, maka otot digerakkan. Serabut-serabut yang lain membawa
stimulus nyeri, raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive menuju ke cornu
posterior dan diteruskan ke otak, ada yang tidak melalui cornu posterior
medulla spinalis. Stimulus temperature berjalan bersama-sama dengan stimulus
sakit, dan atimulus tekana berjalan bersama-sma dengan stimulus raba. Stimulus
motoris merupakan serabut-serabut descendens yang berpangkal pada area motoris
cortex cerebri. Sel betz pada gyrus precentralis mengirim axonnya turun ke
caudal dan membentuk tractus corticospinalis berjalan melalui corona radiate,
capsula interna, pedunculus cerebri, mencephalon, pons, medulla oblongata,
sampai ke perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis 2/3 bagian dari
serabut- serabut tadi mengadakan persilangan dengan pihak lainny membentuk
decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri di dalam funiculus lateralis
medulla spinals sebagai tractus corticospinalis lateralis (Buranda, 2008).
Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui
mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen –
komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak
disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf dan dalam melakukan
gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan perangkat tubuh yang
lain.Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang siergis. Kita dapat bayangkan
diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap Semua indera kita pun akan siap
siaga.Telinga pasti akan mendengar segala sesuatu sehalus apa pun. Kemudian
kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan seperti itu diri kita pasti refleks
melompat bahkan akan menjerit.Denyut jantung akan cepat dan secara refeks kita
pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak refleks yang terjadi pada diri
kita. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya
terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan
sangat kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel
saraf dan sel neuroglia (Pratama, 2008).
BAB 111
METODE KERJA
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu percobaan yakni : Jumat, 22
November 2013
Tempat percobaan yakni :
Laboratorium Biologi 1 FMIPA UNILA
B.
Alat
dan Bahan
·
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain: Probandus (praktikan) , stopwatch, dan alat tulis. Hammer
refleks
Kursi
C.
Prosedur
Kerja
Adapun
langkah kerja pada praktikum kali ini adalah
1. Proprioreseptor
A.
Uji A
1.
Meminta satu orang praktikan laki-laki dan satu orang
praktikan perempuan sebagai objek percobaan.
2.
Masing-masing praktikan berdiri dengan satu kaki
dengan mata terbuka dan mencatat lama waktu bertahan berdiri.
3.
Setelah itu masing-masing praktikan melakukan kembali
berdiri dengan satu kaki dengan mata tertutup dan mencatat waktu bertahan
berdiri.
B.
Uji B
1.
Meminta satu orang praktikan laki-laki dan satu orang
praktikan perempuan sebagai objek percobaan.
2.
Masing-masing praktikan merentangkan tangan
sejauh-jauhnya satu sama lain.
3.
Menggeserkan tangan tanpa harus membengkokkan siku.
4.
Menjajarkan jari-jari telunjuk tangan kiri dengan jari
telunjuk tangan kanan.
5.
Mengukur selisih panjang jari telunjuk kiri dengan
jari telunjuk kanan menggunakan penggaris kemudian mencatat hasilnya.
C.
Uji C
1.
Meminta satu orang praktikan laki-laki dan satu orang
praktikan perempuan sebagai objek percobaan.
2.
Masing-masing praktikan merentangkan tangan
sejauh-jauhnya satu sama lain.
3.
Kemudian membengkokkan kedua siku hingga jari telunjuk
kanan dan jari telunjuk kiri saling behadapan dan bersentuhan.
4.
Mengukur jarak jari telunjuk kiri dengan jari telunjuk
kanan jika gagal bersentuhan.
2. Refleks Pada
Manusia
a.
Kegiatan A
1.
Praktikan laki-laki dan perempuan duduk dengan tenang
(rileks) di atas meja dengan kedua kaki menyilang, ujung kaki menggantung
dengan bebas.
2.
Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan
terbuka kemudian mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan
kaki kanan secara bergantian menggunakan hammer refleks. Mencatat respon
praktikan yaitu sangat cepat, cepat, lambat atau sedang.
3.
Kemudian mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam
keadaan mata praktikan tertutup.
b.
Kegiataan B
1.
Praktikan laki-laki dan perempuan duduk sambil
berkonsentrasi seperti sedang memasukkan benang ke dalam lubang jarum.
2.
Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan
terbuka kemudian mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan
kaki kanan secara bergantian, lengan kanan, lengan kiri, serta kening
menggunakan hammer refleks. Mencatat respon praktikan yaitu sangat cepat,
cepat, lambat atau sedang.
3.
Kemudian mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam
keadaan mata praktikan tertutup.
c.
Kegiatan C
1.
Praktikan laki-laki dan perempuan duduk dengan tenang
(rileks) di atas meja sambil memegang jari-jari di depan dada dan kedua
tangannya saling mendorong.
2.
Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan
terbuka kemudian mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan
kaki kanan secara bergantian, lengan kanan, lengan kiri, serta kening menggunakan
hammer refleks. Mencatat respon praktikan yaitu sangat cepat, cepat, lambat
atau sedang.
3.
Kemudian mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam
keadaan mata praktikan tertutup.
d.
Kegiatan D
1.
Praktikan laki-laki dan perempuan berlari di tempat
selama lima menit. Kemudian Praktikan duduk di atas meja.
2.
Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan
terbuka kemudian mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan
kaki kanan secara bergantian, lengan kanan, lengan kiri, serta kening
menggunakan hammer refleks.
3.
Kemudian mencatat respon praktikan yaitu sanagt cepat,
cepat, lambat atau sedang.
BAB
IV
HASIL
DAN PENGAMATAN
a.
Data Pengamatan
Ø Proprioreseptor
1. Uji
A
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Waktu
|
1
Menit
|
7
detik
|
1
menit
|
24
detik
|
2. Uji
B
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Selisih
Panjang
tangan
|
0.6
cm
|
1
cm
|
1
cm
|
0,75
cm
|
3. Uji
C
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
Terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Selisih
Panjang
Tangan
|
6
cm
|
6,5
cm
|
2,5
cm
|
2
cm
|
Ø Refleks
Pada Manussia
1. Kegiatan
A
Organ
Reseptor
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||
mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Kaki
kiri
|
++
|
+
|
+++
|
++
|
Kaki
kanan
|
+
|
+
|
++++
|
+++
|
2. Kegiatan
B
Organ
Reseptor
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||
mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Kaki
Kanan
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kaki
Kiri
|
+
|
+
|
+++
|
+
|
Lengan
kanan
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Lengan
kiri
|
+
|
+
|
+
|
++
|
kening
|
+
|
++
|
+++
|
+++
|
3. kegiatan C
Organ
Reseptor
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||
mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
Mata
terbuka
|
Mata
tertutup
|
|
Kaki
Kanan
|
+
|
+
|
+
|
++
|
Kaki
Kiri
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Lengan
kanan
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Lengan
kiri
|
+
|
+
|
+
|
+
|
kening
|
++
|
++
|
++
|
+++
|
4. kegiatan
D
Organ
Reseptor
|
Laki-laki
|
perempuan
|
mata
terbuka
|
Mata
terbuka
|
|
Kaki
Kanan
|
+
|
+++
|
Kaki
Kiri
|
+
|
+++
|
Lengan
kanan
|
+
|
+++
|
Lengan
kiri
|
+
|
+++
|
kening
|
++
|
++++
|
Keterangan :
+ :
respon lambat
++ :
respon sedang
+++ :
respon cepat
++++ :
respon sangat cepat
b.
Pembahasan
Propioreseptor merupakan kesadaran akan
kedudukan tangan dan tubuh terhadap gravitasi bumi . Propioreseptor merupakan
bagian dari pengindraan internal hewan , yaitu kemampuan hewan untuk mengetahui
perubahan yang ada di dalam tubuh.
Pada praktikum ini kami melakukan beberapa kegiatan
yang menerangkan tentang propioreseptor pada tubuh manusia, Adapun langkah
kerja pada praktikum kali ini adalah Uji A Meminta satu orang praktikan
laki-laki dan satu orang praktikan perempuan sebagai objek
percobaan.Masing-masing praktikan berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka
dan mencatat lama waktu bertahan berdiri. Setelah itu masing-masing praktikan
melakukan kembali berdiri dengan satu kaki dengan mata tertutup dan mencatat
waktu bertahan berdiri. Uji B Meminta satu orang praktikan laki-laki dan satu
orang praktikan perempuan sebagai objek percobaan. Masing-masing praktikan
merentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama lain. Menggeserkan tangan tanpa
harus membengkokkan siku. Menjajarkan jari-jari telunjuk tangan kiri dengan
jari telunjuk tangan kanan. Mengukur selisih panjang jari telunjuk kiri dengan
jari telunjuk kanan menggunakan penggaris kemudian mencatat hasilnya. Uji C Meminta
satu orang praktikan laki-laki dan satu orang praktikan perempuan sebagai objek
percobaan.
Masing-masing praktikan merentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama lain. Kemudian
membengkokkan kedua siku hingga jari telunjuk kanan dan jari telunjuk kiri
saling behadapan dan bersentuhan. Mengukur jarak jari telunjuk kiri dengan jari
telunjuk kanan jika gagal bersentuhan.
Berdasarkan
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut : Pada percobaan pertama yaitu,
pada uji A, dimana praktikan berdiri menggunakan satu kaki dengan tangan
direntangkan sambil memejamkan mata dan dengan mata terbuka. Untuk propandus
laki-laki mata terbuka 1 menit, mata tertutu 7 detik, sedangkan pada propandus
wanita mata terbuka 1 menit dan mata tertutup 24 detik.
Hal ini disebabkan, karena adanya
rangsangan cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya yang masuk tersebut
diteruskan ke otak untuk diolah, dari otak akan menyampaikan pesan kepada
efektor untuk memberikan respon, sehingga keseimbangan lebih terjaga. Rangsangan
dari propioreseptor sangat penting untuk dapat terjadi kontraksi yang serasi
dari beberapa otot yang terlibat dalam suatu gerakan, dan untuk mempertahankan
keseimbangan posisi tubuh. Propioreseptor akan bekerja sempurna apabial ada
bantuan indera penglihatan . Karena indra penglihatan kan mengirim sinyal
keotak untuk diteruskan ke propioreseptor agar dapat bekerja dengan sempurna
.Saat seseorang yang berdiri dengan mata terbuka , seseorang akan dapat
bertahan lebih lama bila dibandingkan dengan berdiri pada saat mata tertutup .
maka hal ini membuktikan bahwa indra penglihatan mempunyai peranan penting
tehadap kerja propioreseptor.Karena indra penglihatan sebagai input kesistem
saraf. Sedangkan pada saat mata tertutup, keseimbangan yang dihasilkan tidak akan maksimal karena tidak ada
rangsangan cahaya yang diterima oleh mata sehingga otak tidak dapat
mengendalikan sistem keseimbangan secara optimal, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk berdiri lebih lambat. Saat seseorang bertumpu diatas satu kaki
dengan tangan direntangkan, orang
tersebut dapat menahan tubuhnya agar tidak jatuh .atau dengan kata lain dapat
menyeimbangkan kedudukan tubuhnya terhadap gravitasi bumi. Saat seperti ini
otot-otot antagonis dan propioreseptor-propioreseptor tersebut terdapat pada
tendon golgi, serabut otot , ujung saraf dan persendian . Selain otot-otot
antagonis dan propioreseptor, alat keseimbanagn tubuh juga bekerja , yang
terdapat pada bagian telinga dalam yang disebut labirin .Labirin in akan
membantu keseimbangan kepala.
Dari hasil pengamatan uji B di mana
praktikan melakukan gerakan spontan mensejajarka/ menyatukan kedua jari
telunjuknya, Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikan laki-laki untuk mata terbuka
ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan memiliki jari telunjuk kanan
yang lebih panjang dengan selisih 0,6 cm dari jari telunjuk kiri, untuk mata
tertutup ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan memiliki jari
telunjuk kanan yang lebih panjang dengan selisih 1 cm dari jari telunjuk kiri. Sedangkan pada praktikan perempuan untuk mata terbuka
ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan memiliki jari telunjuk kiri
yang lebih panjang dengan selisih 1 cm dari jari telunjuk kanan, untuk mata
tertutup ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan memiliki jari
telunjuk kiri yang lebih panjang dengan selisih 0,75 cm dari jari telunjuk
kanan.
Reseptor kinetic propioreseptor dapat
mendeteksi gerakan bagian tubuh tanpa harus dibantu dengan indra penglihatan.
Seseorang mampu mempertemukan jari-jari telunjuknya dari keadaan tangan yang
direntangkan dengan mata tertutup. Walaupun hasinya tidak sempurna bila
dibandingkan dengan mata terbuka , tetapi hal ini menunjukan kemampuan
propioreseptor seseorang sangat dipengaruhi oleh adanya indra
penglihatan.Kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan kedudukan tanganya
tersebut dipengaruhi oleh serabut-serabut otot dan otot-otot antagonis dimana
propioreseptor terdapat. Selain itu ujung saraf dan persendian juga turut andil
dalam menentukan kerja propioreseptor pada tangan .
Pada uji C, praktikan melakukan dengan mata terbuka lebih banyak
mampu menyatukan kedua ujung telunjuk. Berdasarkan hasil pengamatan pada
praktikan laki-laki untuk mata terbuka ternyata pada saat kedua jari telunjuk
disatukan keduanya gagal bersentuhan dengan selisih panjang 6 cm, untuk mata
tertutup ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan keduanya gagal
bersentuhan dengan selisish 6,5 cm. Pada praktikan perempuan untuk mata terbuka
ternyata pada saat kedua jari telunjuk disatukan keduanya gagal bersentuhan
dengan selisih panjang 2,5 cm, untuk mata tertutup ternyata pada saat kedua
jari telunjuk disatukan keduanya gagal bersentuhan dengan selisish 2 cm.
Dari data yang diperoleh pada uji B dan
C , hasil yang diperoleh bervariasi, ada yang dapat memeprtemukan jari
tulunjuknya, ada yang selisihnya hanya beberapa millimeter, adapula yang
selisihnya relative jauh. Hal ini terjadi karena koordinasi reseptor tiap
individu berbeda-beda, sehingga sinyal dari otak yang juga tidak sama antar
individu menyebakan terjadinya perbedaan selisis menyatunya jari telunjuk. Hal
ini juga dapat disebabkan karena berbedanya daya konsenterasi tiap individu,
ada yang memiliki daya konsenterasi yang tinggi, ada juga yang rendah. Individu
yang memiliki konsenterasi yang baik disebabkan oleh adanya koordinasi antara
reseptor kinetic dan otak terjalin dengan baik.
Mekanisme
proprioreseptor saat membuka mata dan mekanisme propioreseptor dengan menutup mata memiliki perbedaan
diantaranya yaitu pada keadaan mata tertutup tidak adanya input atau informasi
yang diberikan oleh indera penglihatan
ke sistem saraf sehingga repon yang diberikan tidak dapat memaksimalkan
penjagaan keseimbangan tubuh, pada saat menutup mata reseptor kinestetik lah
yang bekerja untuk mendeteksi gerakan bagian tubuh kita.
Proprioseptornya dapat
dikatakan mampu menjaga homeostatis tubuh pada saat indera penglihatan tidak
digunakan. Perbedaan ketahanan pada kondisis tersebut dapat dipengaruhi oleh
keadaan sendi, otot, membrane sel, dan system saraf yang berfungsi pada
proprioseptor tersebut. Bisa juga karena faktor kebiasaan dan usia seseorang
sehingga mampu mempertahankan posisi tubuh dalam keadaan mata tertutup ataupun
ketika memejamkan mata.selain itu Faktor-faktor
yang mempengaruhi proprioreseptor adalah umur, jenis kelamin, tinggi badan,
berat badan, lingkungan, gizi, dan kekebalan. Semakin senja umur seseorang maka
semakin sulit untuk berkosentrasi.
Gerak refleks merupakan respon dari
suatu stimulus yang sifatnya lokal tanpa melalui sistem saraf pusat, sehingga
gerakannya terjadi secara spontan. Apabila terjadi gerakan berarti rangsangan
yang diberikan cukup kuat sehingga menyebabkan terjadinya konduksi impuls
syaraf dan tidak terjadi gerakan maka rangsangan yang diberikan dan diterima
tidak kuat
Percobaan ini dilakukan dengan memukulkan palu
reflek pada bagian-bagian yang telah ditentukan (kening, otot trisep dan bisep,
lutut dan tulang kering) terhadap 2 individu masing-masing dengan 5 perlakuan
yang berbeda. Adapun langkah kerja yakni
Kegiatan A
Praktikan laki-laki dan perempuan duduk dengan tenang (rileks) di atas meja
dengan kedua kaki menyilang, ujung kaki menggantung dengan bebas. Dengan
keadaan kedua mata masing-masing praktikan terbuka kemudian mengetuk tendon
patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian
menggunakan hammer refleks. Mencatat respon praktikan yaitu sangat cepat,
cepat, lambat atau sedang. Kemudian mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam
keadaan mata praktikan tertutup. Kegiataan B Praktikan laki-laki dan perempuan
duduk sambil berkonsentrasi seperti sedang memasukkan benang ke dalam lubang
jarum. Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan terbuka kemudian
mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan kaki kanan secara
bergantian, lengan kanan, lengan kiri, serta kening menggunakan hammer refleks.
Mencatat respon praktikan yaitu sangat cepat, cepat, lambat atau sedang. Kemudian
mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam keadaan mata praktikan tertutup.
Kegiatan C Praktikan laki-laki dan perempuan duduk dengan tenang (rileks)
di atas meja sambil memegang jari-jari di depan dada dan kedua tangannya saling
mendorong. Dengan keadaan kedua mata masing-masing praktikan terbuka kemudian
mengetuk tendon patella (tendon bawah lutut) kaki kiri dan kaki kanan secara
bergantian, lengan kanan, lengan kiri, serta kening menggunakan hammer refleks.
Mencatat respon praktikan yaitu sangat cepat, cepat, lambat atau sedang. Kemudian
mengulangi kegiatan di atas tetapi dalam keadaan mata praktikan tertutup.
Kegiatan D Praktikan laki-laki dan perempuan berlari di tempat selama lima
menit. Kemudian Praktikan duduk di atas meja. Dengan keadaan kedua mata
masing-masing praktikan terbuka kemudian mengetuk tendon patella (tendon bawah
lutut) kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian, lengan kanan, lengan kiri,
serta kening menggunakan hammer refleks.Kemudian mencatat respon praktikan
yaitu sanagt cepat, cepat, lambat atau sedang.
Berdasatkan
pengamatan kegiatan A gerak refeks di dapatkan hasil sebagai berikut Pada
praktikan perempuan untuk mata terbuka ternyata pada saat diketuk kaki kiri
memiliki respon yang cepat, begitu juga untuk kaki kanan memiliki respon yang
sangat cepat. Untuk mata tertutup kaki kanan praktikan memiliki respon yang
cepat sedangkan pada kaki kiri pada saat diketuk memiliki respon yang sedang
(tidak cepat, tidak lambat).Praktikan laki-laki untuk mata terbuka ternyata
pada saat diketuk kaki kiri memiliki respon yang sedang, dan untuk kaki kanan
memiliki respon yang lambat. Sedangkan untuk mata tertutup kaki kanan dan kaki
kiri pada saat diketuk sama-sama memiliki respon yang lambat.
Respon
positif terjadi apabila propandus tersebut dapat memberikan respon berupa gerak
refleks. Sedangkan, yang merespon negatif artinya propandus tersebut tidak
memberikan respon sehingga tidak menimbulkan gerak refleks. Semakin praktikan
tidak fokus terhadap ketukan misalnya dalam keadaan tidak melihat atau
konsentrasi hal selain ketukan yang akan datang, sehingga rangsangan yang
terjadi bersifat mengejutkan maka respon refleks makin banyak terjadi. Fungsi
dari gerak refleks adalah untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba dan bersifat
membahayakan Ketidak mampuan untuk melakuakan gerak refleks disebabkan oleh
rangsangan yang diterima reseptor tidak diteruskan ke serabut saraf
sensorik,sehingga pada akhirnya efektor tidak memberi respon. Jika gerak
refleks dilakukan berulang-ulang maka gerak refleks ini akan menjadi gerak
biasa atau gerak yang dilakukan dengan kesadaran, karena impuls saraf semuanya
menuju ke otak besar sebagai pusat kesadaran.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan
B gerak refleks pada Pada praktikan perempuan untuk mata terbuka kaki kiri dan
kening memberikan respon cepat, sedangkan pada lengan kiri, lengan kanan dan
kaki kangan lambat, pada mata tertutup
kening mempunyai respon cepat, lengan kiri sedang, sedangkan untuk
tangan kanan, tangan kiri,lengan kanan lambat. Praktikan laki-laki untuk mata
terbuka pada saat diketuk kaki kiri
memeberikan respon lambat begitu
pula pada kaki kanan, lengan kanan,
lengan kiri dan kening memiliki respon yang lambat. Untuk mata tertutup kaki
kanan, kaki kiri, lengan kanan, dan lengan kiri memiliki respon yang lambat
sedangkan kening memiliki respon yang sedang.
Berdasarkan
hasil pengamatan kagiatan C gerak refleks pada praktikan laki-laki kaki kanan,
kaki kiri, lengan kanan dan lengan kiri mata terbuka dan mata tertutup
memumjukkam respon lambat,sedangakan untuk kening responnya sedang. Pada
Praktikum perempuan respon pada keadaan mata terbuka untuk kaki kanan, kaki
kiri, lengan kanan dan lengan kiri lambat, untuk kening sedang. Pada keadaan
mata tertutup kaki kiri, lengan kanan, dan lengan kiri menunjukan respon
lambat, pada kaki kanan responnya kaki kanan, sedangkan untuk kening cepat.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
praktikan laki-laki untuk mata terbuka menunjukan respon lambat saat diketuk
kaki kiri, kaki kanan, lengan kanan, lengan kiri, sedangkan kening memiliki
respon yang sedang. Sedangkan pada praktikan perempuan untuk mata terbuka manunjukkan
respon cepat pada saat diketuk ternyata kaki kanan, kaki kiri, lengan kanan,
lengan kiri dan kening memiliki respon yang sangat cepat.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh
saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi)
tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk
disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf
penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set
saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada
lutut.
Adapun
meknisme gerak refleks yaitu : refleks dimulai dengan diterimanya rangsanngan
oleh reseptor dan diteruskan ke serabut syaraf sensorik. Serabut syaraf
sensorik ini kemudian akan memasuki sumsum tulang belakang melalui syaraf
spinal yang memiliki badan sel pada akar dorsal. Pada bagian akar dorsal dari
sumsum tulang belakang ini, kemudian akan dihubungkan dengan sel interneuron
yang terdapat pada matriks kelabu dari sumsum tulang belakang ke serabut saraf
motorik yang memiliki badan sel pada akar ventral. Selanjutnya dari serabut
saraf motorik ini akan menuju efektor (sel-sel otot) untuk memberikan respon.
Secara singkat dapat dituliskan sebagai berikut: impuls → neuron sensorik→
sum-sum tulang belakang→ neuron motorik→ efektor.
Unit
dasar setiap kegiatan reflek terpadu adalah lengkung reflek. Lengkung reflek
ini terdiri dari alat indra, serat saraf eferen, satu atau lebih sinaps yang
terdapat di sususnan saraf pusat atau ganglion simpatis, serat saraf eferen,
dan efektor. Radiks dorsalis medula spinalis bersifat sensorik dan radiks
ventralis bersifat motorik dikenal sabagai hukum Bell-Magendie. Lengkung
refleks paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps
antara neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam ini dinamakan
monosinaptik, dan refleks yang terjadi disebut refleks monosinaptik. Lengkung
refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron aferen dan
eferen dinamakan polisinaptik, dan jumlah sinapsnya antara dua sampai beberapa
ratus. Pada kedua jenis lengkung refleks,terutama pada lengkung refleks
polisinaptik, kegiatan refleknya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas
spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang ( subliminal fringe
), dan oleh berbagai efek lain. Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang
utuh diregangkan, akan timbul kontraksi. Respons ini disebut refleks regang.
Rangsangannya adalah regangan pada otot dan responnya berupa kontraksi otot
yang diregangkan. Reseptornya adalah kumparan otot. Refleks-Refleks regang
merupakan contoh refleks monosinaptik yang paling dikenal dan paling banyak
diteliti. Ketukan pada tendo pattela akan membangkitkan refleks lutut, yang
merupakan refleks regang otot kuadriseps femoris, karena ketukan pada tendo
akan meregangkan otot. Ketukan pada tendo triseps brakhii, misalnya akan
menimbulkan respons berupa ekstensi di sendi siku akibat kontraksi otot
triseps, ketukan pada tendo Achilles akan membangkitkan refleks sentakan pada
pergelangan kaki, yang disebabkan oleh kontraksi otot gastroknemius, dan
ketukan pada sisi wajah menimbulkan reflek maseter. Contoh lengkung
polisinaptik adalah refleks mengejap karena rangsangan berbahaya
Gbr.
Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme
jalannya impuls pada lutut yang dipukul
jalannya impuls pada lutut yang dipukul
Gerak
refleks pada manusia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini, antara
lain adalah aktivitas, konsentrasi terhadap rang sang yang datang, bagian yang
menerima rangsang (reseptor), usia dan jenis kelamin. Apabila tubuh banyak
melakukan aktivitas maka gerak refleks suatu individu akan semakin cepat karena
sistem saraf telah terbiasa merespon rangsangan dengan cepat, hal ini berkaitan
dengan konsentrasi atau kesadaran terhadap rangsangan yang datang. Dalam
percobaan ini, misalnya dapat dilihat dari perlakuan saat praktikan dalam
keadaan tidak melihat dan berkonsentrasi terhadap hal selain rang sang yang
datang. Setiap reseptor memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap rangsang
yang datang. Usia sangat berpengaruh karena semakin tua usia seseorang maka
kemampuan sistem saraf dalam merespon suatu rangsangan berkurang. Dan pada
umumnya, aktivitas laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas
pada wanita, karena itulah kecepatan respon untuk gerak refleks pun berbeda.
BAB V
KESIMPULAN
Dari
hasil percobaan dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Propioseptor
adalah kesadaran atas kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh terhadap
gravitasi bumi
2. Kerja
dari proprioreseptor sangat dipengaruhi oleh indra penglihatan, karena adanya
rangsangan cahaya yang masuk ke dalam
mata dan diteruskan ke otak untuk diolah, dari otak akan menyampaikan pesan
kepada efektor untuk memberikan respon sehingga kesembangan akan lebih terjaga.
3. Kerja
propioseptor juga dapat dipengaruhi oleh daya konsentrasi individu.. Individu
yang memiliki konsenterasi yang baik disebabkan oleh adanya koordinasi antara
reseptor kinetik dan otak terjalin dengan baik.
4. mekanisme gerak refleks yaitu:
Stimulus®Reseptor®Saraf sensorik®Sumsum tulang
belakang®saraf Motorik®Efektor®Gerakan.
5. Gerak
refleks membuat respon yang
ditanggapi dengan
memberikan gerak spontan (refleks) dalam waktu yang sangat cepat, sehingga
sifat dari gerak refleks sendiri tidak bisa dipelajari dan berbeda-beda pada
setiap individu yang berbeda.
6.
Adanya pengaruh indera penglihatan alam
menjaga keseimbangan tubuh
7.
Pria memiliki keseimbangan yang sangat
baik jika dibandingkan dengan praktikan wanita. Hal ini diakibatkan oleh
otot-otot yang terbentuk pada pria jauh lebih besar dan kuat
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, Ville. 1998. Zoologi Umum.Jakarta : Erlangga.
Campbell,N.A dkk. 2002. BIOLOGI. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Kimball,J.W.1983.Biologi jilid II.Erlangga: Jakarta .
Reaven dan Johnson. 1996. Biologi. Erlangga: Jakarta
Widiastuti, Endang L. 2002. Bahan Ajar Fisiologi Hewan I. Bandar
lampung:
Universitas
Lampung: