METABOLISME ENERGI DAN TERMOREGULASI
(Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan)
Oleh
Robbin Yama Shita
1113024060
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
METABOLISME ENERGI DAN TERMOREGULASI
Tanggal Praktikum : 15 November 2013
Tempat Praktikum : Loboraturium Biologi
Nama : Robbin Yama Shita
NPM : 1113024060
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : FKIP
Kelompok :1 (satu)
Bandarlampung,
November 2013
Mengetahui
Assisten
Pipin
Yuliana
1017021015
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHUAN..........................................................................
A. Latar
Belakang....................................................................
B. Tujuan
Praktikum................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA............................................................
BAB III METODE KERJA..............................................................
A.Waktu dan Tempat..............................................................
B. Alat dan
bahan...................................................................
C. Prosedur
Kerja...................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
A. Data
Pengamatan.............................................................
B. Pembahasan......................................................................
BAB V KESIMPULAN.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di dalam kehidupan setiap makhluk hidup
terutama hewan pasti dipengaruhi oleh temperatur atau suhu.Pengaturan suhu
tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis.Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan
berdarah dingin dan hewan berdarah panas.Istilah ini dalam biologi juga biasa
disebut ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh
hewan.
Tubuh hewan dapat diumpamakan sebagai
suatu mesin , dimana setiap kejadian , proses, reaksi yang terjadi didalamnya
akan selalu memerlukan pertukaran energi .pertukaran energi untuk melakukan
suatu proses pada tubuh makluk hidup biasa juga disebut dengan metabolisme.
Dalam satu sel bisa terjadi berbagai reaksi , namun reaksi-raeksi yang terjadi
pada suatu ruang yang sangat kecil dari sel tersebut terjadi secara teratur
yang dilakukan oleh berbagai informasi genetik dan mekanisme kontrol secara
kimiawi. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai termoregulasi
pada hewan maka dilakukanlah percobaan ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Mempelajari produksi panas pada hewan
homeotermik dan hewan poikilotermik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Metabolisme
energi adalah suatu ukuran dari intensitas dari hidup, suatu statistik ringkasan
dari tingkat energi gunakan.Tingkat metabolisme mengacu pada metabolisme energi
setiap waktu per unit. Dengan begitu jika satu binatang mempunyai
suatu tingkat relatif tinggi yang berkenaan dengan metabolisme, fisiologi
keseluruhan nya sedang bekerja lebih cepat.
Tiga
macam metode untuk mengukur metabolism adalah :
a. menghitung selisih antara nilai
energy dari semua makanan yang masuk kedalam tubuh hewandan semua ekskresi
terutamaurin dan feses, cara ini hanya akurat digunakan untuk digunakan bila
tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.
b. menghitung produksi panas total pada organism,
metode ini sungguh akurat dalam memberikan informasi tentang bahan bakar yang
digunakan, organism yang diukur dimasukkan dalam calorimeter.
c. menghitung jumlah oksigen yang
digunakan oleh organism untuk proses oksidasi dan jumlahkonsumsi oksigen, cara
ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja tidak bias
digunakan untuk organism anaerob sebab meskipun konsumsi koksigen nol bukan
berarti tidak terdapat metabolism dalam tubuh organism tersebut
Laju
metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk umur, jenis
kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas,
musim, ukuran tubuh dan temperature lingkungan. Laju metabolism baku
(standard metabolic rate) merupakan laju metabolism hewan manakala hewan
tersebut sedang istirahat dan tidak ada makanan dalam ususnya. Ketika
pengukuran laju metabolism tengah dilakukan, jarang sekali ikan berada dalam
keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering dipakai untuk
menunjukkan bahwa laju metabolism diukur dalam keaadaan selama level aktifitas
rutin. Ini menyebabkan hasil pengukurannya biasanya lebih tinggi dari
laju metabolism manakala ikan benar-benar diam (Nurrijal. 2010).
Siklus Calvin
dan fiksasi karbonTermoregulasi
adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar
berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Berdasarkan Tobin (2005), suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar
dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain
semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan
bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang
memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat
atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan
fungsinya
( Nurman. 2008).
( Nurman. 2008).
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus
anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas,
yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi.Pengaruh
suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm.Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar.Hewan homoiterm
sering disebut hewan berdarah panas.Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil,
hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu
tubuh.Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.Hewan homoiterm mempunyai
variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin,
faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air (Duke’s, 1985).
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan
antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.Panas
yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.
Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas
secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada
transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang
memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui
aliran cairan atau gas (Martini, 1998).
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan
panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan
modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian
kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi.Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa
hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh
(Guyton, 1987).
Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
(cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun,
ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.
a. Ektoterm
adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas
lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada
suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,
amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya
berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.
b. Endoterm
umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada
lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm.
-
Poikiloterm suhu
tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. suhu tubuhnya selalu berubah seiring
dengan berubahnya suhu lingkungan. Hewan seperti ini juga disebut hewan
berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas.
-
Homoiterm suhunya
lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat
mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu
lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. suhu
tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sanga.Hewan
homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor
umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam,
faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air berubah (Thomas.2007)
Dalam mengatur
suhu tubuh (termoregulasi), dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood
animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli
Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan
dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan
ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam
kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sifat
dariorganisme tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selama hidupnya suhu
tubuh organisme tergantung pada suhu air laut tempat hidupnya disebut
poikilotermik (Nybaken,1988).
Bagi organisme
poikilotermik, suhu air laut merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi
aktifitas metabolisme. Kapasitas panas yang besar dari air merupakan mekanisme
penyangga yang baik apabila terjadi perubahan temperatur di udara secara
tiba-tiba. Akibatnya ikan menjadi hewan yang relatif mempunyai sifat
stenothermal (toleransinya terhadap suhu sangat sempit). Fenomena ini
menunjukkan bahwa peranan temperatur lingkungan dalam suatu habitat merupakan
hal yang penting (Kordi dan Tancung, 2007).
BAB 111
METODE KERJA
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
percobaan yakni : Jumat, 15 November 2013
Tempat
percobaan yakni : Laboratorium Biologi 1 FMIPA UNILA
B.
Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Bahan
1)
Tikus/mencit
2)
Air
3)
Es batu
Alat
1)
1 Gelas piala ukuran 1000 ml, 600 ml
2)
2 Termometer
3)
Batu secukupnya
4)
1 Ember
C. Prosedur
kerja
Adapun langkah kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai
berikut :
1.
Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2.
Mengisi
ember dengan air sebanyak 2 liter
3.
Masukkan
es batu kedalam ember yang telah berisi air
4.
Siapkan
backer glass lalu isi backer glass dengan batu yang bertujuan agar backer glass
dapat tenggelam kedasar ember
5.
Masukkan
mencit kedalam gelas piala lalu masukkan gelas piala yang berisi mencit
tersebut kedalam backer glass yang telah diberi batu
6.
Letakkan
backer glass yang telah berisi mencit kedalam ember yang berisi air dan es batu
7.
Mengukur
suhu udara awal mencit dengan menggunakan thermometer yang diletakkan di dalam
gelas piala
8.
Secara
bersamaan ukur suhu awal lingkungan (air) dengan cara meletakkan thermometer
pada air didalam ember
9.
Untuk
setiap 5 menit ukur suhu udara dan pada lingkungan (air), lakukan pengulangan
setiap 5 menit sekali selama 20 menit
10. Mencatat hasil perubahan suhu yang terjadi
BAB
IV
HASIL
DAN PENGAMATAN
a.
Data
Pengamatan
Waktu
(menit)
|
Temperatur
(°C)
|
|
Air (
lingkungan )
|
Udara (
mencit )
|
|
0
|
13
|
22
|
5
|
13
|
18
|
10
|
13
|
17
|
15
|
13
|
16
|
20
|
14
|
16
|
b.
Pembahasan
Termoregulasi merupakan proses
mempertahankan suhu internal supaya tetap berada dalam kisaran yang masih dapat
sesuai untuk metabolisme tubuh. Pengaturan suhu tubuh
/termoregulasi ini merupakan salah satu bentuk homeostasis dalam tubuh hewan.
Pengukuran laju metabolisme ada dua macam, yaitu :
1.
Basal
Metabolic Rate ( BMR )
BMR
adalah energy metabolisme yang stabil yang dapat diukur dari mamalia ataupun
aves pada kondisi yang minimum, stress fisiologis, dan saat puasa dimana proses
pencernaan dan adsorpsi makanan terhenti.
2.
Standar
Metabolic Rate ( SMR )
SMR
dipakai sebagai pengukuran standar laju metabolisme suatu hewan saat
beristirahat dan berpuasa pada suhu tubuh tertentu.SMR digunakan untuk menguur
laju metabolisme pada hewan endotermik.
Pada percobaan kali ini kita akan
melihat bagaimana mencit mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan yang
dingin. Adapun langkah kerja yang dilakukan yakni Adapun langkah kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai
berikut : Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Mengisi ember dengan air
sebanyak 2 liter. Masukkan es batu kedalam ember yang telah berisi air.
Siapkan backer glass lalu
isi backer glass dengan batu yang bertujuan agar backer glass dapat tenggelam
kedasar ember. Masukkan
mencit kedalam gelas piala lalu masukkan gelas piala yang berisi mencit
tersebut kedalam backer glass yang telah diberi batu.
Letakkan backer glass yang
telah berisi mencit kedalam ember yang berisi air dan es batu.
Mengukur suhu udara awal
mencit dengan menggunakan thermometer yang diletakkan di dalam gelas piala.
Secara bersamaan ukur suhu
awal lingkungan (air) dengan cara meletakkan thermometer pada air didalam ember.
Untuk setiap 5 menit ukur
suhu udara dan pada lingkungan (air), lakukan pengulangan setiap 5 menit sekali
selama 20 menit. Mencatat hasil perubahan suhu yang terjadi
Berdasarkan Hasil pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil temperatur mantel air pada awal 13 0C, pada 10 menit 1 tetap13 0C, begitupun pada 10 menit ke 2
dan 3 tetap 13 0C, pada 10 menit ke suhu naik menjadi 14 0C.
Sedangakan pada temperatur mantel udara awal 22 0C, pada 10 menit 1
turun 18 0C, kemudian turun pada
10 menit ke 2 menjadi 17 0C, pada 10 menit ke 3 suhu turun lagi
menjadi 16 0C. Dan pada 10
menit ke 4 suhu turun lagi menjadi 16 0C.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada
suhu awal udara mencit dan suhu pada lingkungan berbeda, terlihat pada 5 menit pertama mantel
air konstan sampai 5 menit ke 3 walapun terjadi penaikan yaitu sekitar
1°C
pada 5 menit ke 5. Suhu
air bertambah karena es mulai mencair, sehingga suhu air naik. pada 10 menit ke 2 dan 3 tetap 13 0C,
pada 10 menit ke suhu naik menjadi 14 0C. Sedangakan pada temperatur
mantel udara awal 22 0C
turun
5 0C .
dan selanjutnya turun dan
konstan. Suhu awal udara mencit dan suhu pada lingkungan sangat
berbeda .
Berdasarkan hasil tersebut,
menjelaskan bahwa mencit adalah hewan yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya
(hewan homoeterm) karena perubahan suhu tubuhnya tidak drastis.
Penggolongan hewan menjadi homoiterm (berdarah panas)
dan poikiloterm (berdarah dingin) ini didasarkan pada suhu tubuh hewan terhadap
perubahan suhu lingkungan
1. Hewan berdarah dingin
(Poikiloterm)
Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung
pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas
yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu
tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif
bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu
lingkungan rendah. Bagi organisme poikilotermik, suhu air laut merupakan faktor
yang sangat berpengaruh bagi aktifitas metabolisme. Kapasitas panas yang besar
dari air merupakan mekanisme penyangga yang baik apabila terjadi perubahan
temperatur di udara secara tiba-tiba. Akibatnya ikan menjadi hewan yang relatif
mempunyai sifat stenothermal (toleransinya terhadap suhu sangat sempit).
Fenomena ini menunjukkan bahwa peranan temperatur lingkungan dalam suatu
habitat merupakan hal yang penting. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sifat dariorganisme tidak dapat
mengatur suhu tubuhnya sehingga selama hidupnya suhu tubuh organisme tergantung
pada suhu air laut tempat hidupnya disebut poikilotermik.
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut. Hewan yang tergolong poikiloterm antara lain :
1. Ikan (Pisces)
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan
adalah dengan berenang ke perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang
intensitas sinar matahari lebih sedikit seperti dibawah pepohonan.
2. Katak (Amphibi)
Pada
lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan
dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih
rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya
untuk memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur
yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan
sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan
berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.
3. Belalang (Insecta)
Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah bersembunyi dabalik daun.
4. Buaya (Reptile)
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya (Evaporasi).
2. Hewan berdarah panas
(Homoiterm)
Hewan homoiterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya
berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari
metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh
oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah bersih dan darah kotor
pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah
sempurna. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya
reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm
dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari
kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur
normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan,
faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor
jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
Hewan yang tergolong homoiterm ini antara lain
:
Aves ( Burung Merak , Merbah , Burung Merpati , Burung Murai Batu , Burung Murai Daun/Cucak ijo , Burung Perkukut , Burung Perenjak Jawa , Pinguin , Burung Punai)
Mamalia(monyet,sapi, Anjing, Cerpelai, Kucing, Serigala, Harimau, Macan Tutul, Singa, Marmut, Kelinci)
Aves ( Burung Merak , Merbah , Burung Merpati , Burung Murai Batu , Burung Murai Daun/Cucak ijo , Burung Perkukut , Burung Perenjak Jawa , Pinguin , Burung Punai)
Mamalia(monyet,sapi, Anjing, Cerpelai, Kucing, Serigala, Harimau, Macan Tutul, Singa, Marmut, Kelinci)
Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi
Banyak
faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang
normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas
diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang
mempengarui suhu tubuh :
· Usia : Semakin
rendah ataupun tinggi suhu maka laju metabolismenya akan semakin cepat karena
tubuh akan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk menstabilkan suhu tubuh. Jenis Kelamin (Gender):Betina memiliki metabolisme yang lebih rendah
daripada jantan. Karena rata-rata jantan memiliki proporsi tulang, organ, dan
otot yang lebih besar dibandingkan jantan, sehingga aju metabolisme jantan pun
menjadi lebih besar dibandingkan betina.
·
Iklim : Hewan
yang hidup di daerah tropis memiliki metabolisme lebih rendah dibandingkan hewan yang hidup di
daerah subtropis.
·
Variasi diurnal : Suhu tubuh bervariasi pada siang dan
malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada malam hari dan bangun
sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam.
·
Kerja jasmani/ aktivitas fisik Setel: ah latihan fisik
atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan
oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C.
·
Lingkungan : Suhu lingkungan yang tinggi akan
meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan
suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas
tertahan di dalam tubuh. Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh.
Sebagaimana energi tubuh yang mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh
sebagai salah satu bentuk energi juga mengikuti hukum tersebut. Suhu tubuh
merupakan hasil imbangan antara pembentukan panas dengan kehilangan panas.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diatas, masih ada
faktor-faktor lain yang tidak jauh berbeda atau lebih detilkan yaitu sebagai
berikut :
1.
Kecepatan metabolisme basal
2.
Rangsangan saraf simpatis
3.
Hormon pertumbuhan
4.
Hormon tiroid
5.
Hormon kelamin
6.
Demam ( peradangan )
7.
Status gizi
8.
Aktivitas
9.
Gangguan organ
10.
Lingkungan
Interaksi panas hewan dengan
lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan
pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melaui :
a.
Konduksi
Konduksi
adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Atau
perpindahan langsung gerakan termal antara molekul-molekul permukaan tubuh
b.
Konveksi
Perpindahan
panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak.
Atau konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan
melalui permukaan tubuh, seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas
dari permukaan tubuh hewan yang berkulit kering
c.
Radiasi
Radiasi
adalah emisi dari energi electromagnet yang dihasilkan oleh semua benda nol,
termasuk tubuh hewan dan matahari. Radiasi dapat memindahkan panas di antara
benda-benda yang tidak melakukan kontak langsung, seperti ketika hewan menyerap
panas radiasi dari matahri.Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
BAB V
KESIMPULAN
Dari
hasil percobaan dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mencit
merupakan mamalia yang termasuk ke dalam kelompok hewan endotherm
homeothermik yaitu hewan berdarah panas yang menghasilkan energi sendiri
yang biasanya panas tubuh yang dihasilkan diatas temperature lingkungan.
2. Factor-factor
yang mempengaruhi laju metabolisme, yaitu temperature lingkungan, umur, jenis
kelamin, berat tubuh, iklim, macam makanan yang dimetabolisme dan kandungan,
aktifitas fisik, ukuran, waktu, dan stress (tekanan).
3. Pengukuran
laju metabolisme terbagi menjadi dua macam, yaitu : Basal Metabolic Rate ( BMR),dan Standar Metabolic Rate ( SMR).
4. Energi yang dihasilkan dalam proses
termoregulasi dalah energi panas.
5. Semakin
rendah akan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk menstabilkan suhu ataupun
tinggi suhu maka laju metabolismenya akan semakin cepat karena tubuh tubuh.
6.
Semakin besar massa tubuh mencit maka semakin besar
pula energi metabolisme yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri terhadap
temperatur lingkungan
7. Metabolisme
adalah suatu sifat baru dari kehidupan, yang muncul, dari interaksi spesifik
antara molekul-molekul di dalam lingkungan sel yang teratur dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Duke, NH. 1995. The
Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New York.
Guyton, D.C. 1993. Fisiologi
Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.
Kordi dan Tancung. 2007.
Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Martini. 1998. Fundamental
of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice Hall International Inc.,
New Jersey
Nurman. 2013. Termoregulasi. Di unduh dari hhttp://anto3.blogspot.com/ pada tanggal 21 11-2013 pukul 18.00
Nurrijal. 2013. Termoregulasi. Di unduh dari http://ahmadsolixin.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-fisiologi-hewan.html
pada tanggal 21 11-2013 pukul 18.00
Nybakken, J.W. 1988. Biologi
Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi
dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Tobin. AJ.2005 Asking About Life Mc Graw Hill
Company, Inc, USA Seeley, R,R, TD. Stephens. P, Tate. 2003. Essensials of
Anatomy and Physiofourt edition McGraw-Hill Companies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar