HAKIKAT JOYFUL LEARNING
Menurut
E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran menyenangkan (joyfull learning)
merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi
yang kuat antara pendidik dan peserta
didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau
tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan
adalah adanya pola hubungan yang baik
antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru memposisikan
diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup
kemungkinan guru belajar dari siswanya. Hal ini dimungkinkan karena pesatnya
perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan
informasi lebih cepat dari siswanya. Pembelajaran
menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi (Depdiknas,
2004:3, 3-8). Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian
terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajara memiliki
sejumlah tujuan
pembelajaran yang dicapai. Jika
pembelajaran hanya
aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa Pembelajaran menyenangkan berarti sesuai pembelajaran yang tidak
membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka selalu
senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36). Jadi yang dimaksud pembelajaran yang
menyenangkan (joyfull learning) dalam penelitian ini sebenarnya merupakan
metode, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari
pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme,
pembelajaran aktif (active learning) dan psikologi perkembangan
anak. kehidupan sehari-hari, bahkan
dengan berbagai topik yang sedang “ in” berkembang dimasyarakat. Prinsip
pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah apabila siswa senang
dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Menurut Gordon Dryden (2000:22) bahwa
belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Joyfull
Learning merupakan metode belajar mengajar yang menyenangkan. Belajar adalah
kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan cara menyenangkan dan
berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learnin maka perlu menyiapkan
lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman, dan nyaman. Ini dimulai
dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan
musik. Ruangan harus terasa pas untuk kegiatan belajar seoptimal mungkin.
(Bobbi De Porter, 2000 : 8 ) Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (contextual teaching and
learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu
yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan
menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia
diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai
ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada
gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran karena atmosfer pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan
diciptakannya sendiri. Jadi faktor untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan (Joyfull Learning) adalah penciptaan lingkungan pembelajaran
yang menyenangkan dan merangsang anak ntuk belajar. Suasana kelas yang diciptakan
penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam belajar. (Prof. Dr.
Mukhlas Samni, M.Pd, 2000 : 1) Pembelajaran yang dirancang secara menyenangkan
akan menimbulkan motivasi belajar siswa dan terus bertambah. Dengan demikian
efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Proses ini mensyaratkan guru
sudah mengetahui secara persis liku-liku materi pembelajaran yang akan
dipelajari. Siswa bersikap dewasa, terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk
belajar. Suasan akan terbangun secara demokratis dan siswa sendiri akan merasa
senang karen keinginan, keberadaan, dan otonominya sebagai siswa diakomodasi
oleh guru. Perasaan senang dapat hadir seiring dengan tujuan pendidikan yang
dapat diserap dengan baik dan mudah. Hal tersebut dapat tejadi karena
seseorang yang berada dalam kondisi yang menyenangkan tahan dan sigap dalam
menghadapi beragam bentuk tantangan. Sebaliknya, seseorang yang sulit
mengendalikan emosi akan mengalami “Emosional Hijacking” (Pembajakan Emosi),
berarti orang tersebut akan terlanda “Nervous” (Kegugupan) dan mudah keliru
dalam mengambil keputusan atau menggunakan “IQ -nya”. Guna mengetahui berhasil
tidaknya mendidik seorang siswa,
dapa diketahui melalui tiga faktor penting: Pertama, adalah “Improvement” (Pertumbuhan). Indikasinya adalah perubahan
sikap kearah yang lebih baik. Pendidikan dikatakan berhasil, apabila guru tahu
cara membantu muridnya agar menjadi dewasa yang mencintai dan memanfaatkan
kehidupan secara maksimal dan mengerti cara memeca hkan masalah ataupun
menghilhami orang lain untuk meningkatkan peran dalam kehidupannya. Kedua
adalah “Development” (Pengembangan). Pengembangan yang dimaksud adalah
bagaimana seseorang dapat sukses dalam pendidikan dan mampu melakukan sebuah
aktivitas, yang dibarengi dengan menjadikan orang lain menjadi sukses. Ketiga
adalah “Empowerment” (Pemberdayaan). Berkaitan dengan pemberdayaan, maka yang menjadi fokus adalah “Keunikan”, dimana anak
memiliki kecakapan yang beragam. Semua orang mempunyai potensi untuk
berhasil dengan keunikan masing-masing.
LANGKAH
JOYFULL LEARNING
Sampai kira-kira anak-anak berusia
remaja, pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil
bermain, yang mau tidak mau akan mengajak siswa untuk aktif. Sambil bermain
mereka aktif belajar dan sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam
bermain mereka mendapatkan hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan,
sambil belajar mereka melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak
dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak ada metode standar untuk pembelajaran
yang menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan
usia mental siswa dapat memilah dan memilih metode yang sesuai atau bahkan
metode yang diciptakannya sendiri. Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran
yang diaplikasi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui game,
quiz, dan aktivitas-aktivitas fisik lain. Joyfull learning menggunakan
pendekatan-pendekatan permainan, rekreasi, dan menarik minat yang
menimbulkan perasaan senang, segar, aktif, dan kreatif yang tak pelak lagi
sangat dibutuhkan untuk mereduksi kebosanan dan ketegangan belajar yang hari
demi hari dialami siswa. Pembelajaran menye nangkan atau joyful learning
diterapkan dan dilatar belakangi oleh ke nyataan bahwa pembelajaran model
konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para siswa sehingga
berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi siswa (Rahmawati, 2008: 1).
Selain itu Catarinacatur (2008: 1) berpendapat bahwa joyful learning dapat
mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari,
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran yang
sulit dibuat menjadi mudah, sederhana dan tidak bertele-tele sehingga tidak
terjadi kejenuhan dalam belajar. Keberhasilan belajar tidak ditentukan atau
diukur lamanya kita duduk di belakang meja belajar, tetapi ditentukan oleh
kualitas cara belajar kita. Tahapan pembelajaran joyfull learning yaitu :
a. Tahap Persiapan Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk
belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja.
Tujuan dari persiapan pembelajaran alah untuk: 1.Mengajak siswa keluar
dari keadaan mental yang pasif. 2.Menyingkirkan rintangan belajar. 3.Merangsang
minat dan rasa ingin tahu siswa. 4.Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan
hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran. 5.Menjadikan siswa aktif yang
tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh. 6.Mengajak orang
keluar dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar. Dengan hal
tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh
apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru me mberikan
motivasi berupa kata kata dan lagu
– lagu/
nyanyian yang dapat membuat siswa keluar dari tasa tertekan dan menjadi
tertarik dengan pembelajaran. b. Tahap Penyampaian Tahap
penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan
pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara
positif dan menarik. Pada tahap ini guru menyampa ikan materi belajar ya ng
dikaitkan dengan hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan
sehari-hari dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa
sebelumnya. c. Tahap Pelatihan Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung
sebenarnya. Apa yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang
menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa
berulang-ulang mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada
mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu
lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka
mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan
prestasinya. Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam
hal ini dengan menggunakan metode kuis atau dapat juga dengan metode yang lain
serta dalam penyampaian diberi gambar-gambar atau animasi yang dapat membuat
siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran. Khususnya metode kuis,
saat pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing
dalam kuis untuk menjadi juara. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan
siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam kuis.
Serta saat pembelajaran berla ngsung bisa diselingi dengan humor yang dapat
membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. d. Teknik
Penutup. Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau
dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini,
malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru
dalam
joyfull
learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah
diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara
mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Pada tahap ini guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan
kata-kata dan nyanyian/ lagu yang menyenangkan bagi siswa. Apabila fasiltas dan
waktu memungkinkan dapat juga mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan
keterampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami,
perasaan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk
meningkatkan prestasinya. Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang
bermain dalam hal ini dengan menggunakan metode kuis atau dapat juga dengan
metode yang lain serta dalam penyampaian diberi gambar-gambar atau animasi yang
dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran. Khususnya
metode kuis, saat pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan
bersaing dalam kuis untuk menjadi juara. Agar lebih menarik dan memancing
keaktifan siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam
kuis. Serta saat pembelajaran berla ngsung bisa diselingi dengan humor yang
dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. d.
Teknik Penutup. Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester
atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini,
malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru
dalam
joyfull
learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah
diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara
mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Pada tahap ini guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan
kata-kata dan nyanyian/ lagu yang menyenangkan bagi siswa. Apabila fasiltas dan
waktu memungkinkan dapat juga
PRINSIP
JOYFULL LEARNING
Pembelajaran
yang menyenangkan sebenarnya merupakan metode, konsep dan praktik pembelajaran
yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna, pembelajaran
kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan
psikologi perkembangan anak. Dengan demikian walaupun esensinya sama, bahkan
metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama, tetap ada spesifikasi yang berbeda
terkait dengan penekanan konseptualnya yang relevan dengan perkembangan moral
dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena
mereka tahu apa makna dan gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan minat
dan hobinya (meaningful learning) karena mereka dapat memadukan konsep
pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan
di akses dari http://www.scribd.com/doc/191253011/PROPOSAL-PENELITIAN-docx
Daftar pustakanya ada kah kak
BalasHapus