NAMA : ROBBIN YAMA SHITA
NPM :
1113024060
PENCEMARAN AIR SUNGAI GADING TAHU
PENDHULULAN
Latar belakang
Dalam kehidupan
sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi,
mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B
yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat
air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda
sampah seperti plastik, sampah organik, kotoran manusia, kaleng,limbah pabrik dan
sebagainya. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan
evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat. Telah
dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan
penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya Air
biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan
ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau
mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas
penyusun biotik, seperti ikan. Pada umumnya dampak pencemara Air dibagi menjadi
empat kategori (KLH, 2004), yaitu dampak terhadap kehidupan biota air, dampak
terhadap kulaitas air, dampak terhadap kesehatan dan dampak terhadap estetika
lingkungan.
Salah satu bukti
konkret pencemaran air yakni pencemaran sungai Gading Tahu yang berada di desa
Gadingrejo, untuk mengetahui penyabab dan dampaknya di buatlah makalah yang
berjudul “Pencemaran air sungai Gading Tahu.
Rumusan masalah
1.
Apakah
penyebab pencemaran air sungai Gading Tahu
2.
Bagaimana
dampak pencemaran sungai Gading Tahu bagi masyarakat sekitar
3.
Bagaimana
solusi untuk menanggulangi pencemaran sungai Gading Tahu
Tujuan
1.
Mengetahui
penyebab pencemaran air sungai Gading Tahu
2.
Mengetahui
dampak pencemaran sungai Gading Tahu bagi masyarakat sekitar
3.
Mengetahui
sousi untuk menanggulangi pencemaran sungai Gading Tahu
Tinjauan Pustaka
Menurut SK
menteri Kependudukan Lingkungan Hidup no. 02/MENKLH/1988. “Pencemaran air
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan / atau
berubahnya tatanan (komposisi air) oleh kegiatan manusia dan proses alam
sehingga kualitas air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukanya.
Menurut Achmad
Lutfi, 2009:01 pada dasarnya pencemaran air sungai di indonsia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu:
1.
Berkembangnya
industri-industri di Indonesia
Pembuangan
limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia,
bakteriologi, serta fisik air. Polutan yang di hasilkan oleh pabrik dapat
berupa:Logam Berat: timbale, tembaga, seng
2.
Belum
tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga
Limbah
rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
pencemaran lingkungan khususnya air sungai. Karena dari limbah rumah tangga
dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan
melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke sungai
3.
Pembuangan
limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan.
Limbah
pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui proses pengolahan,
sehingga dapat mencemari air sungai karena limbah pertanian mengandung berbagai
macam zat pencemar seperti pupuk dan pestisida.Pestisida bersifat toksit dan
akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan manusia.
4.
Pencemaran
air sungai karena proses alam
Proses
alam juga berpengaruh pada pencemaran air sungai misalnya terjadinya gunung
meletus, erosi dan iklim.Gunung meletus dan erosi dapat membawa berbagai bahan
pencemaran salah satunya berupa endapan/sediment seperti tanah dan lumpur yang
dapat menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air
kurang mampu mengasimilasi sampah.Iklim juga berpengaruh pada tingkat
pencemaran air sungai misalnya pada musim kemarau volume air pada sungai akan
berkurang, sehingga kemampuan sungai untuk menetralisir bahan pencemaran juga
berkurang. Lutfi(Achmad 2009)
Indikator yang
umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau kon sentrasi ion
hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia
(Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical
Oxygen Demand, COD).
1.
pH
atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air
normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5.
Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah
pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di
atas pH normal bersifat basa.
2.
Oksigen
terlarut (DO)
Tanpa
adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup
karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam
air. data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air
pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985). Kadar
oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia.
3.
Kebutuhan
Oksigen Biokimia (BOD)
Pada
penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan
oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan
demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang
ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi
bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978
(Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi
oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc
+ (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2
→ n CO2 + (a/2 – 3c/2)
H2O + c NH3
4.
Kebutuhan
Oksigen Kimiawi (COD)
COD
adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan
dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Jika pada perairan terdapat bahan organic yang
resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida
dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Firdauz,
Srikandi)
Pembahasan
Pencemaran
sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri,
limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat
dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan
manusia. Salah satu bukti konkret sungai tercemar yakni sungai yang ada di desa
Gadingrejo,Pringsewu, Lampung, yakni sungai Gading tahu. Sesuai namanya di hulu
sungai ini ada usaha pembuatan tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan
sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di lampung dihasilkan oleh
industri skala kecil yang kebanyakan terdapat Gading tahu. Industri tersebut
berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, di sisi
lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan.
Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya, yaitu untuk prosees sortasi,
peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan dan
penyaringan. Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah
cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah
tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat
mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad
renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air. Selain
itu kebiasaan warga sekitar yang membuang sampah sembarangan ke sungai menjadi
penyabab pencemaran di sungai ini.
Secara normal,
air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen
terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan
menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Dalam pembahasan makalah
ini, kami fokus pada limbah industri tahu. Tahu merupakan salah satu jenis
makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat akrab
dengan masyarakat indonesia. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung
BOD, COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26
mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan
dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Inddustri, kadar maksimum diperbolehkan untuk BOD5,
COD dan TTS berturut-turu adalah 50, 100 dan 200 mg/l, sehingga jelas bahwa
libmah cair industri ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Secara
umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika, kimia dan
biologi. Akan tetapi, air buangan industri biaasanya hanya terdiri dari
karakteristik kimia dan fisika. Parameter yag digunakan untuk menunjukkan
karakter air buangan industri pangan adalah: Parameter fisika, seperti
kekeruhan, suhu, zat padat, bau,dan lain-lain. Parameter Kimia Parameter kimia
dibedakan atas : Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD, TOC),
oksigen terlarut (DO), minyak/lemak, Nitrogen-Total (N-Total), dan
lain-lain. Kimia anorganik: pH, Ca, Pb,
Fe, Cu, Na, sulfur, H2S , dan lain-lain. Karena keterbatasan alat
maka penulis hanya menggnakan paramaeter fisika yakni air berwarna coklas
keruh, bau menyengat dan sedikit organisme yang hidup di dalamnya. Limbah
industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun
pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan
cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau
busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,
akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat
berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri
ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya
menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan
sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari
sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare,
dan penyakit lainnya.
Keberadaan usaha
Tahu di Desa Gading Tahu, memang mengalirkan uang yang deras ke kantong warga.
Tapi, beberapa tahun terakhir, limbah Tahu, terutama cair menjadi masalah
tersendiri, karena menimbulkan bau busuk yang menyengat.Jika tidak segera
dibuang dan ngendon di belakang rumah, maka seisi kampung akan menanggung
akibatnya yakni menghirup bau busuk tersebut.”ujar Fitryadi warga Gading Tahu”
selain itu menurut sumiati, keberadaan sungai yang kotor membuat anak nya terkena beberapa bibit penyakit baik
dari diare sampai penyakit penyakit kulit. Berdasarkan pengamatan air sungai Gading Tahu masih
digunakan sebagai untuk kehidupan sehari-hari walaupun tidak untuk di minum
misalkan mencuci baju,mencuci hewan ternak dan sering di manfaatkan untuk
sarana bermain air bagi anak –anak daerah pinggiran sungai.
Sebagai peneliti
Beberapa hal penting yang perlu di teliti dari karakteristik limbah cair
industri tahu yang penting antara lain:
1.
Padatan
tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air. Padatan
tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin
tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh.
2.
Biochemical Oxygen Demand (BOD),
merupakan parameter untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta
menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam
menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah cair. Limbah cair
industri tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang tinggi.
3.
Chemical Oxygen Demand (COD)
atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
oksidator (misal kalium dikhormat) untuk mengoksidasi seluruh material baik
organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungan senawa organik
dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air dapat mencapai
nol sehingga tumbuhan, air, ikan-ikan dan hewan air lainnya yang membutuhkan
oksigen tidak memungkinkan hidup.
4.
Nitrogen-Total (N-Total) yaitu fraksi
bahan-bahan organaik campuran senyawa kompleks antara lain asam-asam amino, dan
protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari
campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan nitrit. Nitrogen organik dan nitrogen
amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode Kjeldahl, sehingga
lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl
Nitrogen (TKN). Senyawan-senyawa N-Total adalah senyawa-senyawa yang
mudah terkonversi menjadi amonium (NH4+) melalui aksi
mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah. Menurut Kuswardani (1985)
limbah cair industri tahu mengandung N-Total sebesar 434,78 mg/l.
5.
Derajat Keasaman (pH). Air limbah
industri tahu sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam ini akan terlepas
zat-zat yang mudah menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu
mengeluarkan bau busuk.
Langkah yang
dilakukan memberikan contoh kepada warga
sekitar untuk menjaga lingkungan sungai(tidak
membuang sampah sembarangan) dan memberikan pemahaman kepada warga sekitar tentang
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Langkah yang dilakukan untuk pabrik
tahu melakukan pendekatan pada pemilik pabrik dengan mensosialisasikan pengetahuan tentang keseimbangan lingkungan.
Pabrik tahu maupun masyrakat dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang
kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai
(reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan
kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi
“masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian
kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan
sebagainya. Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi
apakah nantinya akan menjadi sumber
pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat
didegradasi) alam ?
Apakah barang yang kita konsumsi
nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup
dan lingkungan ?
Selain itu bekerjasama dengan kepala
desa dan aparatur desa untuk membuat kebijakan dengan peraturan khusus dan
mengagendakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencemaran air.
Berbagai upaya
untuk mengolah limbah cair industri tahu dicoba dan dikembangkan.
Secara umum, metode pengolahan yang
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu
secara fisika, kimia maupun biologis.
- Cara Fisika
Merupakan
metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan tersuspensi
atau koloid dari limbah cair dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam
pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan
antara lain adalah filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi
(penyaringan) menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan
memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair.
Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan
gaya graviatasi.
- Cara Kimia
Merupakan
metode penghilangan atau konsevari senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair
dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses
yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya termasuk
koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Namun, penerapan metode fisika, kimia atau
gabunan keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di
Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode pengolahan
fisika-kimia terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur
berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah penanganan lebih
lanjut.
- Cara Biologi
Cara
biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan
mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemusatan
molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Proses ini sangant peka terhadap
faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat
beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri,
algae atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air yang dapat digunakan termasuk
gulma air (aquatic weeds).
- Pemanfaatan Limbah Industri Pangan
Pemanfaatan
limbah cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu
bentuk diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka
juga dapat diolah menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa
sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet.
Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses fermentasi dan
pencampuran pupuk organik. Selain bermanfaat mengatasi pencemaran lingkungan,
upaya pengolahan limbah tersebut telah memberikan banyak manfaat secara
ekonomis.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.Kerjasama
antara masyarakat, aparatur desa menjadi penentu berhasilnya kebijakan
Kesimpulan
- Air sungai Gading Tahu menjadi tercemar karena pembuangan limbah pabrik tahu dan kebiasaan warga membung sampah sembarangan
- Dampak yang ditimbulkan yakni timbul penyakit diare, gatal-gatal, meruksan ekosistem air didalamnya,menimbulkan bau menyengat.
- Langkah yang dapat dilakuakan adalah memberikan sosiaisasi kepada masyarakat tentang pencemaran air sungai,dibuatnya peraturan-peraturan. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.Kerjasama antara masyarakat, aparatur desa menjadi penentu berhasilnya kebijakan
Daftar Pustaka
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sastrawijaya, A.
Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Achmad Lutfi,
2009. http://nurdianara3.wordpress.com/2011/09/09/contoh-laporan-pencemaran-lingkungan-di
sekitar-pabrik-tahu/,
12-12-2013 pukul 20:13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar