Minggu, 01 Desember 2013




KERJA ENZIM
(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)




Oleh
Robbin Yama Shita
1113024060





PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN


Judul                           : Kerja Enzim
Tanggal Praktikum      : 1 November 2013
Tempat Praktikum       : Loboraturium Biologi
Nama                           : Robbin Yama Shita
NPM                           : 1113024060
Program Studi             : Pendidikan Biologi
Jurusan                        : Pendidikan MIPA
Fakultas                       : FKIP
Kelompok                   :1 (satu)


Bandarlampung,    November 2013
Mengetahui
Praktikan                                                         Assisten



Robbin Yama Shita
1113024060







DAFTAR ISI





COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... 3
BAB I PENDAHUAN..........................................................................
A. Latar Belakang.................................................................... 4
B. Tujuan Praktikum................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA............................................................
BAB III METODE KERJA..............................................................
    A.Waktu dan Tempat.............................................................. 12
B. Alat dan bahan................................................................... 12
C. Prosedur Kerja................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
A. Data Pengamatan............................................................. 14
B. Pembahasan...................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 24
LAMPIRAN.......................................................................................... 25










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Reaksi kimia tetap berlangsung tanpa enzim. Namun, reaksi tersebut berjalan lambat. Berbagai reaksi kimia metabolis di dalam tubuh organisme dapat berlangsung dengan cepat karena sel organisme tersebut menghasilkan enzim.

Enzim bekerja pada perangkat substrat (reaktan) dan mengubahnya menjadi suatu perangkat hasil (produk). Daerah pada enzim yang mengikat suatu substrat adalah sisi aktif (tempat aktif). Tingkat kekhhususan yang tinggi memungkinkan sel mengendalikan reaksi-reaksi metabolisme dengan mengatur bentuk dan jumlah enzim yang dihasilkan.

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain.

Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Pada  enzim urease menguraikan urea menjadi ammonia dan karbondioksida. Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal bagi organisme untuk menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai sumber nitrogen.

Dengan peran enzim pada hampir tiap reaksi biologis, dapat dikatakan enzim memilki peran sangat penting. Dalam mendukung perannya sebgai katalisator atau mempercepat reaksi yang terjadi tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu enzim, khususnya kerja enzim amilase yang terdapat pada saliva yang dilarutkan pada pati,dan cara kerja enzim urease menguraikan urea menjadi ammonia dan karbondioksida.maka percobaan ini dilakukan.

B.                 Tujuan Praktikum
1.                  Mengetahui cara kerja enzim amilase
2.                  Mengetahui cara kerja enzim urease
3.                  Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim


TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).

Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun (Juryatin, 1997).

Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda (Cartono,2004).

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat :
1.         Panas
2.         Asam atau basa kuat
3.         Pelarut organik
4.         Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein         `                                                                                                         (Campbell, 2000)

Secara singkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain: berfungsi sebagi biokatalisator
1.             merupakan suatu protein
2.             bersifat khusus atau spesifik
3.             merupakan suatu koloid
4.             jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
5.             tidak tahan panas
                         (Dwidjoseputro, 1992)

Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat. (Poedjadi, 2006)

Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. Contohnya adalah enzim-enzim dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya.
(Dwidjoseputro, 1992)

Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa. (Salisbury, 1995).
Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan menjadi non aktif pada suhu 50o C . (Poedjiadi, 2006)

Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995)

Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh berbagai kondisi fisik dan kimia. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi berbagai komponen (seperti substrat, produk, enzim, kofaktor, dll), pH, temperatur, dan gaya irisan. Kecepatan reaksi enzim sangat dipengaruhi oleh pH larutan baik secara in vivo maupun secara in vitro. Jenis hubungan antara kecepatan reaksi dan pH ditunjukkan dengan kurva berbentuk lonceng. Setiap enzim mempunyai pH optimum yang berbeda–beda
      Sifat-sifat enzim antara lain :
1.      Spesifitas
      Aktivitas enzim sangat spesifik karena pada umumnya enzim tertentu hanya akan mengkatalisis satu reaksi saja. Sebagai contoh, laktase menghidrolisis gula laktosa tetapi tidak berpengaruh terhadap disakarida yang lain. Hanya molekul laktosa saja yang akan sesuai dalam sisi aktif
2.      Pengaruh suhu
      Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang . Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.
            Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun
3.      Pengaruh pH
      pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2
            Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam ataupun gugus basa terutama pada residu terminal karboksil dan asam aminonya. Namun dalam suatu reaksi kimia, pH untuk suatu enzim tidak boleh terlalu asam maupun terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada umumnya sekitar 4,5–8, dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi
4.      Ko-enzim dan aktovator
      Ko-enzim adalah substansi bukan protein yang mengaktifkan enzim. Beberapa ion anorganik, misalnya ion kalsium dan ion klorida, menaikkan aktivitas beberapa enzim dan dikenal sebagai aktivator (Gaman & Sherrington, 1994).

Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen dan polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan β amilase, hewan memiliki  hanya α amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin memberikan warna biru yang khas

Aktivitalisme dipengaruhi oleh garam-garam anorganik, pH, suhu dan cahaya. pH optimum dari amilase menurut Hopskin Cole dan Green adalah 4,5 – 4,7.
α amilase mempunyai beberapa sifat, antara lain :

a.       Di dalam larutan pati, kehilangan daya viskositas yang lebih cepat.
b.      Warna iodine akan lebih cepat hilang.
c.       Proses produksi maltosa lebih lambat.
d.      Tidak memproduksi glukosa.
e.       Suhu tinggi konsentrasi α amylase akan mempercepat proses kerja dari viskositas dan perubahan warna iodine

Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “saliva” (ludah atau air liur). Enzim amilase di dalam tubuh manusia sangat penting. Enzim amilase ikut bertanggung jawab menjaga kesehatan dan proses metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan enzim amilase dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan (maladigesti), yang selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorpsi).
Salah satu sumber nitrogen non-protein (NPN) yang umum digunakan adalah urea. Urea dibuat dengan jalan mereaksikan ammonia dan karbondioksida (Fardiaz, 1992).
Urease merupakan enzim yang menghidrolisis urea menjadi CO2 dan NH3. Reaksinya adalah NH2CONH2 + H2O  → CO2 + 2 NH3. Aktivitas urease meningkat sebanding dengan peningkatan suhu dari 10 – 40° C. Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila tanah  dipanaskan selama 24 jam sehingga suhu mencapai 105° C. Berat molekul enzim urease sebesar 483.000. Suhu 10oC akan mempercepat reaksi dua kali atau tiga kali lebih cepat(Harrow and Mazur, 1954). Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 60˚C dengan spesifikasi enzimatis: urea dan hidroksi urea. Beberapa tanaman memanfaatkan urease untuk keperluan yang sama. Urease penting dalam sejarah enzimologi sebagai enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalkan (Sumner, 1926).
Urea merupakan sumber amoniak dari senyawa spesifik, kandungan urea yang tinggi akan dirombak menjadi basa menguap oleh aktivitas bakteri. Tingginya kandungan urea akan membentuk sejumlah besar amoniak yang mempengaruhi kenormalan kandungan total volatile basa.Selama penyimpanan, jumlah amoniak yang terbentuk relatif tidak dipengaruhi oleh suhu .
Karakteristik enzim urease yaitu :
  1. Tempat aktifnya metal : nikel (II)
  2. Berat molekul : 480 kDa atau 545 kDa dari Jack Bean Urease (kalkulasi massa dari rangkaian asam amino).
  3. Ph Optimum : 7.4
  4. Temperatur optimum : 60 0C
  5. spesifik enzim : urea dan Hydroxyurea
  6. Inhibitor : Logam berat
(Simidu, 1961).






BAB 111
METODE KERJA

A.    Waktu dan Tempat

Waktu percobaan yakni : Jumat,1 November 2013
Tempat percobaan yakni : Laboratorium Biologi 1 FMIPA UNILA

B.     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Alat
1.      Water bath
2.      Gelas piala
3.      Tabung reaksi + rak
4.      Corong gelas
5.      Pipet drop
6.      Penjepit tabung
7.      Label
8.      Lempeng penguji
9.      Kapas
2.      Bahan
1.      Tepung (amilum)
2.      Es
3.      Indikator  KI
4.      Ekstrak saliva
5.      Larutan garam 5%
6.      Cuka 5%


C.    Prosedur Kerja

a.       Uji aktivitas enzim amilase
1.      Menyiapakan 6 tabung reaksi, ekstrak amilum, ekstrak saliva, larutan KI, larutan garam 5%, dan larutan cuka 5%.
2.      Untuk tabung reaksi pertama memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI
3.      Untuk tabung reaksi kedua memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI, kemudian masukkan 3 ml ekstrak saliva. Setelah itu meletakkan di suhu ruangan.
4.      Untuk tabung reaksi ketiga memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI, kemudian masukkan 3 ml ekstrak saliva. Setelah itu meletakkan di water bath dengan suhu 40oC.
5.      Untuk tabung reaksi keempat memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI, kemudian masukkan 3 ml ekstrak saliva. Setelah itu meletakkan di dalam es batu yang telah dihancurkan.
6.      Untuk tabung reaksi kelima memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI, kemudian masukkan 3 ml ekstrak saliva, serta memasukkan 3 tetes larutan garam.
7.      Untuk tabung reaksi keenam memasukam 1 ml ekstrak amilum, lalu meneteskan dengan 1 tetes larutan KI, kemudian masukkan 3 ml ekstrak saliva, serta memasukkan 3 tetes larutan cuka 5%.
b.      Uji aktivitas enzim urease
1.      Memasukan 3 ml larutan urea kedalam tabung reaksi, lalu memasukan 3 ml ekstrak kedelai, dan 2 tetes indikator pp. Setelah itu meletakkan di suhu ruangan.
2.      Memasukan 3 ml larutan urea kedalam tabung reaksi, lalu memasukan 3 ml ekstrak kedelai, dan 2 tetes indikator PP. Setelah itu meletakkan di dalam es batu yang telah dihancurkan.
3.      Mendiamkan larutan selama 15 menit, setiap 5 menit sekali dicatat perubahan warnanya.




BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

A.    Data Pengamatan
Amilase
No.
Perlakuan
Larutan
Awal
Akhir
1
Suhu ruang
Amilum + KI
Biru Tua
Lapisan biru
2
Suhu ruang
Amilum + KI + saliva
Biru Tua
Tidak bercampur
Biru bening ada endapan
3
Suhu 40oC
Amilum + KI + saliva
Biru tidak pekat
Biru bening ada endapan dibawah berwarna biru pekat
4
Suhu es batu
Amilum + KI + saliva
Biru tua
Biru tua, dibawah bening
5
Suhu ruang (penambahan cuka 5%)
Amilum + KI + saliva + garam 5%

Biru tua tidak berwarna
Biru tua ada enddapan dibawah lebih pekat
6.
Suhu ruang (penambahan garam 5%)
Amilum + KI+ saliva + cuka 5%
Abu-abu ada endapan
Bening ada endapan

Urease
No.
Perlakuan
Larutan
Awal
Hasil
1
Suhu ruang
3 ml Lar. Urea + 3 ml eks kedelai + 2 tetes pp
Putih susu
Warna terang pink tua
2
Suhu Dingin
3 ml Lar. Urea + 3 ml eks kedelai + 2 tetes pp
Putih susu
Warna terang pink muda

B.     Pembahasan

Dalam percobaan percobaan Uji aktivitas enzim amilase ini langkah kerja yang kami lakukan diantaranya, diawali dengan menyiapkan 6 tabung raksi dengan diberi label dari tabung 1 sampai tabung 6, dan menyiapkan semua bahan yang diperlukan. Selanjutnya kami menyiapkan saliva dengan cara mengeluarkan 10 ml saliva dalam gelas piala kemudian ditambahkan dengan 10 ml aquades dan di campurkan secara merata. Mengisi keenam tabung dengan 1 ml amilum dan 1 ml larutan KI. Tabung 1 dibiarkan dalam suhu ruang, sedangkan tabung 2 ditambah dengan 2  ml saliva dan diletakkan pada suhu ruang. Tabung 3 ditambah 2 ml saliva  dan diperlakukan dengan diletakkan pada suhu 40oC.  Tabung  4 ditambah 2 ml saliva  dan diperlakukan dengan diletakkan pada suhu es batu. Tabung 5 ditambah saliva  dan garam 5% diperlakukan dengan diletakkan pada suhu ruang. Sedangkan  Tabung 6 ditambah 2 ml saliva  dan cuka 5% diperlakukan dengan diletakkan pada suhu ruang Dan kemudian diamati hasilnya. Semua perlakuan didiamkan selama 30 menit.
Hasil yang di dapat setelah 30 menit adalah pada tabung pertama sebelumya biru pekat setelah reaksi memiliki warna biru yang paling tua dibandingkan waran biru pada tabung yang lain. Hasil pada  tabung 2 awalnya biru pekat setelah reaksi adalah berwarna biru dengan tingkat kebiruan yang lebih rendah dari tabung pertama terdapat endapat biru pekat. Pada tabung 3 awalnya biru pakat setelah reaksi  hasilnya berwarna bening ada endapan. Pada tabung 4 awalnya biru pekat setelah reaksi berwaran biru tua dengan tingkat kebiruan lebih randah dari tabung 2 di bawah bening . Tabung 5 awalnya biru pekat setelah reaksi hasilnya berwarna biru dengan tingkat kebiruan sama dengan tabung 4 ada endapan lebih pekat, sedangkan pada tabung 6 awalnya abu-abu setelah reaksi berwarna biru bening ada endapan.

Berbedaan tingkatan warna pada hasil pengamatan menunjukkan perbedaan kerja enzim pada masing-masing perlakuan. Sebagai indikator adalah tabung 1. Tabung satu tidak terjadi enzimatis karena tidak adanya saliva yang berfungsi sebagai enzim. Pada tabung 2 terjadi reaksi enzimatis, dimana saliva adalah enzim dan amilum substratnya. Amilum dibantu enzim menjadi glukosa sehingga memiliki warna biru. Pada tabung 3 memiliki warna bening ada endapan  karena pada tabung ini enzim telah terdenaturasi akibat pemanasan yang berlebihan. Pada tabung 4 enzim tidak bekerja secara maksimal sehingga berwarna biru dengan tingkat kebiruan yang rendah dan dibawah bening. Enzim tidak bekerja secara maksimal karena berada pada suhu yang rendah(air es) sehingga enzim inaktif. Pada tabung 5 berwarna biru dengan tingkat kebiruan yang lebih pekat dengan tabung 2 dan ada endapat  berwarna biru pakat . Pada tabung 6 enzim juga tidak bekerja secara maksimal sehingga berwarna bening ada endapan  . Enzim tidak bekerja secara maksimal adanya penambahan cuka yang menyebabkan lingkungan menjadi lebih asam (pH rendah).

Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida). Suhu enzim amilase b. Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein. . Sedangkan pada suhu 100o C kerja enzim sudah mulai menurun. Pada suhu 0o C kerja enzim belum begitu optimum. Pada suhu 20o C kerja enzim amilase terjadi peningkatan dari suhu sebelumnya , namun pada suhu kamar kerja enzim lebih   rendah dari suhu 0o C dan 20o C. pH optimum dari amilase menurut Hopskin Cole dan Green adalah 4,5 – 4,7. 

Berdasarkan Literatur yang ada, percobaaan uji amilase tidak semua nya bisa dikatakan sesuai. Hal ini terjadi kerena kesalahan praktikan dalam praktikum
Dalam percobaan percobaan Uji aktivitas enzim urease ini langkah kerja yang kami lakukan diantaranya, diawali dengan memasukan 3 ml larutan urea kedalam tabung reaksi, lalu memasukan 3 ml ekstrak kedelai, dan 2 tetes indikator pp. Setelah itu meletakkan di suhu ruangan. Memasukan 3 ml larutan urea kedalam tabung reaksi, lalu memasukan 3 ml ekstrak kedelai, dan 2 tetes indikator PP. Setelah itu meletakkan di dalam es batu yang telah dihancurkan. Mendiamkan larutan selama 15 menit, setiap 5 menit sekali dicatat perubahan warnanya.
Hasil yang di dapat setelah 15menit adalah tabung 1 (suhu ruang)  yang awalnya berwarna Putih susu berubah menjadi berwarna pink muda lebih terang. Dan pada tabung 2 (suhu dingin) yang awalnya Putih susu berubah menjadi warna pink. Berbedaan tingkatan warna pada hasil pengamatan menunjukkan perbedaan kerja enzim pada masing-masing perlakuan.
Enzim Urease merupakan enzim yang menghidrolisis urea menjadi CO2 dan NH3. Reaksinya adalah

NH2CONH2 + H2O  → CO2 + 2 NH3.

Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila tanah  dipanaskan selama 24 jam sehingga suhu mencapai 105° C. Berat molekul enzim urease sebesar 483.000. Suhu 10oC akan mempercepat reaksi dua kali atau tiga kali lebih cepat.Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 60˚C dengan spesifikasi enzimatis: urea dan hidroksi urea. Beberapa tanaman memanfaatkan urease untuk keperluan yang sama. Urease penting dalam sejarah enzimologi sebagai enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalkan. Enzim Urease menghasilkan  CO2 dan NH3 karena senyawa NH2CONH2 bila ditambahkan air akan mengasilkan CO2 dan NH3

Berdasarkan literatur yang ada, percobaan Uji aktivitas enzim urease ini sesuai dengan teori. Pada suhu kamar reaksi nya berwarna pink terang, sedangkan pada suhu dingin pink muda karena pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang sehingga hasil reaksi berwarna pink muda.

Dari hasil yang telah di dapat maka dapat diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya temperatur (suhu) dan tingkat keasaman (pH). Selain itu hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah substrat dan hasil.

Adapun reaksi enzimatis yang terjadi adalah sebagai berikut:
enzimEnzim+Substratàkompleks enzim substratàproduk+enzim.

Dari reaksi tersebut maka diketahui enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia pada suatu reaksi. Dan enzim yang digunakan dalam suatu reaksi dapat digunakan kembali karean enzim tersebut tidak tercampur dengan produk.
*       
Suhu mempengaruhi aktivitas katalisis enzim. Diluar suhu optimum aktivitas enzim menjadi tidak maksimal. Bila suhu terlalu rendah, enzim menjadi tidak aktif, karena tidak terjadi benturan antara molekul enzim dengan substrat. Sedangkan bila suhu terlalu tinggi, dimana benturan yang terjadi semakin banyak maka struktur tiga dimensi dari enzim tersebut akan terganggu sehingga enzim akan mengalami denaturasi, atau dapat dikatakan enzim akan kehilangan sifat alamiahnya.

Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat. Sebagian besar enzim bekerja aktif dalam trayek pH yang sempit umumnya 5 - 9. Ini adalah hasil merupakan hasilpengaruh dari pH atas kombinasi factor ( 1 ) ikatan dari substrat ke enzim ( 2 ) aktivitas katalik dari enzim ( 3 ) ionisasi substrat dan ( 4 ) variasi struktur protein ( biasanya signifikan hanya pada pH yang cukup tinggi )
            Ada 2 alasan untuk menyelidiki pengaruh tingkat keasaman atau pH terhadap aktivitas emzim, yaitu :
1.    sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh ph ini terhadap aktivitas biologis dari enzim ini.
2.    sebagai suatu protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya.
Kurva hubungan antara pH dengan laju reaksi suatu enzim biasanya menghasilkan gambaran seperti lonceng,
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah
a.         Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
b.     pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
c.   konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

d.      Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan  tetapi, jika pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
e.       Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa.

Prinsip Kerja Enzim
                                                                 kompleks
Substrat (S) + Enzim (E) à Enzim-Substrat à E + Produk
                                                                    (E-S)

1.     Teori Gembok - Anak Kunci

Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja.Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya.Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.

2.     Teori Induced Fit

Reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat terhadap molekul enzim.Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemidian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk.Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.




BAB V
KESIMPULAN

1.      Faktor-faktor yang memepengaruhi kerja enzim, Temperatur (Suhu),   pH,  Konsentrasi Enzim,   Konsentrasi substrat dan    Zat-zat penghambat
2.      Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat.
3.      Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang.
4.      Dalam suatu reaksi kimia, pH untuk suatu enzim tidak boleh terlalu asam maupun terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi.
5.      enzim amilase bekerja pada suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.  , pH optimum dari amilase menurut Hopskin Cole dan Green adalah 4,5 – 4,7. 
6.      Enzim urase brkrja pada Suhu optimum 60˚C pH optimum dari urease  7,4
7.      Prinsip Kerja Enzim
                                                                kompleks
Substrat (S) + Enzim (E) à Enzim-Substrat à E + Produk
                                                                     (E-S)











DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum, Bandung : PRISMA PRESS.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta       
Gaman, P. M. and K. B Sherington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Ir. Murdijati Gardjito, dkk. Yogyakarta: UGM Press.
Juryatin. 1997. Peran Enzim Amilase pada Tubuh Manusia. http://www.docstoc.com. Diakses 10.6.2012.
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS,Jakarta.
Sadikin M. 2002. Seri biokimia: biokimia enzim.Widya Medika.  Jakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Simidu, W. 1961. Non Protein. Academic Press: New York.
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.
Sumner, J.B. 1926. Urease. (terhubung berkala)http://www.britannica.com/eb/article-9074458/urease#7436.hook(2 April 2013).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar