Minggu, 01 Desember 2013

Laporan Praktikum Fisiologi hewan " Darah "




DARAH
(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)


Oleh
Robbin Yama Shita
1113024060





PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013



LEMBAR PENGESAHAN


Judul                           : Darah
Tanggal Praktikum      : 15  November 2013
Tempat Praktikum       : Loboraturium Biologi
Nama                           : Robbin Yama Shita
NPM                           : 1113024060
Program Studi             : Pendidikan Biologi
Jurusan                        : Pendidikan MIPA
Fakultas                       : FKIP
Kelompok                   :1 (satu)

Bandarlampung,    November 2013
Mengetahui
                                                                        Assisten



Pipin Yuliana
1017021015



DAFTAR ISI


COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHUAN..........................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Tujuan Praktikum...............................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA............................................................
BAB III METODE KERJA..............................................................
    A.Waktu dan Tempat..........................................................................
B. Alat dan bahan...................................................................................
C. Prosedur Kerja....................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
A. Data Pengamatan...............................................................................
B. Pembahasan........................................................................................
BAB V KESIMPULAN.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
          Dalam hidupnya, organisme memdari tubuh. memerlukan makanan dan oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Proses metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna, juga menghasilkan sampah (zat sisa) yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti makanan dan oksigen serta hasil metabolisme dan sisa-sisanya, diangkut dan diedarkan di dalam tubuh melalui system peredaran darah. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan tubuh. Sebaliknya, sisa-sisa metabolisme diangkut oleh darah dari seluruh jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan.

          Di dalam tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita kehilangan banyak darah, maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian.  Seringkali seseorang kekurangan darah akibat mengalami kecelakaan atau menderita suatu penyakit yang dimana orang tersebut harus memerlukan darah dengan cara transfusi darah. Mendonorkan darah kepada seseorang merupakan suatu perbuatan yang amat mulia. Maka dari itu untuk melakukan donor darah kita harus mengetahui golongan darah yang kita miliki. Apakah golongan darah yang kita miliki dengan orang yang akan menerimanya cocok atau tidak ?

          Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jauh mengenai golongan darah, tentunya tidak cukup hanya dengan teori saja,  diperlukan juga kegiatan praktikum yang akan menunjang pengetahuan kita. dimana mahasiswa selaku praktikan dapat  melihat sendiri penentuan golongan darah

B. Tujuan                                                                          
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.                  Untuk menentukan darah menurut sistem ABO































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,pertahanan tubuh dari serangan kuman,dll.Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat, karena unsure selnya dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan karena beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat sejati.Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punyasistem transfpormasidengan darah. (Campbell,2003 )
Darah adalah suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsure jadi. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur jadi ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keeping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1992).
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen muncul di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir. Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya. (Pratiwi, D.A. 2006)
Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua , yaitu :
1.         Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.         Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.
(Pratiwi, D.A. 2006)

Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu : sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh) : (Waluyo, Joko. 2010)

.       Golongan darah sistem ABO
Kita mengenal ada empat macam golongan darah, yaitu : A, B, AB, dan O. Dalam sistem golongan darah ini terdapat dua macam zat sel darah A dan B. Serta dua macam plasma, yakni : anti  A dan anti B. (Tim Dosen Pembina. 2012)
Golongan darah ABO dengan unsur aglutinogen dan aglutininnya dapat dijelaskan dengan tabel dibawah ini : (Pratiwi, D.A. 2006)


Genotip
Golongan
Aglutinogen
Aglutinin
OO
O
-
anti-A dan anti-B
OA atau AA
A
A
anti-B
OB atau BB
B
B
anti-A
AB
AB
A dan B
-

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum tranfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah. (Sloane, Ethel. 2003).
1.      Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A. (golongan darah A)
2.      Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B. (golongan darah B)
3.      Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B. (golongan darah AB)
4.      Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen. (golongan darah O)
(Sloane, Ethel. 2003)

b.      Golongan darah sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Laviner telah menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu ;
1.      Golongan M, mengandung antigen M
2.      Golongan N, mengandung antigen N
3.      Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N
(Waluyo, Joko. 2010)

c.       Golongan darah sistem rhesus (Rh)

Pertama kali ditemukan pada jenis kera oleh Landsteiner dan Weiner. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+). Sedang yang tidak dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh. (Waluyo, Joko. 2010)

Sistem ini berbeda dengan sistem golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya. (Sloane, Ethel. 2003)

Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan. Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis. (Gonzaga. 2010)

Konsep donor universal dan resipien universal pada sistem ABO
a.       Donor universal
Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume tranfusinya sedikit. Golongan darah O disebut donor universal.

b.      Resipien universal
Individu dengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah golongan AB disebut resipien universal.
(Sloane, Ethel. 2003)

Pada umumnya, tranfusi darah dilakukan pada orang dalam kondisi berikut ini :
·         Kecelakaan
·         Tubuh yang terbakar
·         Waktu tubuh kehilangan darah, misalnya : operasi
·         Kekurangan darah akut
·         Orang yang mengidap penyakit kronis
(Pratiwi, D.A. 2006)

Tabel hubungan antara golongan darah (fenotip) seseorang dengan macam antigen dan zat anti yang dimiliki.
Golongan darah
(fenotip)
Antigen dalam
Eritrosit
Zat anti dalam serum /
Plasma darah
O
A
B
AB
-
A
B
AB
Anti-A dan anti-B
Anti-B
Anti-A
-

Orang yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B, tetapi memiliki anti-A maupun anti-B di dalam serum atau plasma darahnya, dimasukan dalam golongan darah O. Adapun orang yang memiliki antigen-A maupun antigen-B, tatapi tidak memiliki anti-A maupun anti-B  di dalam serum atau plasma darah, dimasukan dalam golomgam darah AB.
            Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan darah, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si-pemberi (donor) maupun darah si-penerima (resipien) harus diperiksa terlebih dahulu berdasarka system ABO. Interaksi yang terjadi selama transfusi darah antara berbagai macam antigen dalam eritrosit dengan zat anti dalam serum atau plasma darah.
Tabel interaksi antara alel – alel IA, IB dan i yang menyebabkan terjadinya 4 golongan darah, yaitu O, A, B, dan AB
Golongan darah
(fenotip)
Antigen dalam
Eritrosit
Alel dalam kromosom
Genotip
O
-
I
ii
A
A
IA
IAIa atau IA i
B
B
IB
IB IB atau IB i
AB
A dan B
IA dan IB
IA IB
(Suryo. 1984;254-257)
Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain. Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang yang menerima darah disebut resipien. Golongan darah AB merupakan resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditranfusikan kepada semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak melakukan transfusi darah adalah karena penurunan volume darah dan untuk memberi resipien beberapa unsur dari darah yang dibutuhkan.








BAB 111
METODE KERJA

A.                Waktu dan Tempat

Waktu percobaan yakni : Jumat, 15 November 2013
Tempat percobaan yakni : Laboratorium Biologi 1 FMIPA UNILA

B.                 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Serum Anti A
2.      Serum Anti B
3.      Jarum Penusuk jari
4.      Gelas obyek
5.      Alkohol 70 %
6.      Kapas
C.                Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini adalah
Adapun langkah kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan
2.      Menyemprotkan alkohol 70% pada tangan yang akan di ambil sampel darahnya dengan tujuan agar tidak terinfeksi bakteri
3.      Menusukkan jarum pada jari yang akan di ambil sampel darahnya
4.      Meletakkan sampel darah pada obyek glass yang telah disediakan
5.      Meneteskan masing-masing serum anti A dan serum anti B di atas obyek glass yang terdapat sampel darah
6.      Mengamati perubahan yang terjadi (ada atau tidaknya penggumpalan pada darah)
7.      Mencatat hasil percobaan tersebut



BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
a.             Data Pengamatan
b.             Pembahasan

Pada praktikum yang ketiga kali ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah seseorang dan mengetahui penggolongan darah pada manusia. Untuk mengetahui golongan darah pada seseorang dapat dilakukan dengan Menusuk jari dengan jarum steril. Menanmpelkan atau meletakkan darah yang keluar pada gelas obyek di tiga tempat. Menetesi darah yang 1 dengan serum anti A, dan yang lainya dengan serum anti B . Mencampurkan dengan perlahan, kemudian periksa dengan menggoyang-goyangankan gelas obyek perlahan-lahan ada tidaknya proses aglutinasi. Pada praktikum ini praktikan menetesi darahnya dengan serum A dan serum B. Serum A mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan golongan darah A, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah B dan O. Sedangkan serum B mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan golongan darah B, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah A dan O. Itu terbukti jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut adalah O.
Berdasarkan percobaaan yang dilakukan di daptkan hasil propandus bergolongan darah A,B,O dan AB . Probandus yang bergolongan darah A yaitu probandus(putri dan fitri ), ketika darahnya ditetesi dengan serum A darahnya meggumpal namun ketika ditetesi dengan serum B darahnya tidak menggumpal. Lain halnya ketika darah dari probandus (helen dan mei) ditetesi serum A tidak terjadi penggumpalan namun ketika ditetesi serum B darahnya menggumpal. Hal ini menjukkan bahwa golongan darah probandus tersebut termasuk golongan darah B. Dan pada probandus (nia dan melrisda ) yang memiliki golongan darah O ketika darahnya ditetesi serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Selain golongan darah A,B dan O ada juga golongan darah AB pada sistem golongan darah ABO. Pada golongan darah AB(dona dan nyinang), jika darahnya ditetesi dengan serum A maupun serum B akan terjadi penggumpalan.
Hasil yang ditunjukkan test darah tersebut ditunjukkan hasilnya berbeda-beda untuk setiap golongan darahnya, ada yang menggumpal dan ada yang tidak menggumpal ketika ditetesi dengan serum A dan serum B. Hal ini terjadi dikarenakan pada golongan darah A hanya memiliki zat anti B(aglutinin anti B), sehingga apabila apabila ditetesi dengan zat anti A(serum A) akan terjadi penggumpalan dan apabila ditetesi dengan zat anti B(serum B) darah tidak akan menggumpal. Penggumpalan tersebut dapat menunjukkan golongan darah tersebut yaitu golongan darah A karena terjadinya pertemuan zat anti yang berbeda dari darah yang ditest dengan zat anti yang diteteskan pada saat pengujian golongan darah(serumnya).
Untuk golongan darah B setelah ditetesi dengan serum A tidak terjadi penggumpalan karena pada golongan darah B hanya memiliki zat anti A namun setelah ditetesi serum B terjadi pengumpalan karena pada serum B terdapat zat anti B. Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat anti B dari serum B yang telah diteteskan.
Pada golongan darah AB setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi karena golongan darah AB tidak memiliki zat anti A maupun zat anti B namun memiliki antigen(aglutinogen) yaitu antigen A dan B. Sehingga ketika ditetesi dengan serum A dan serum B tejadi penggumpalan.
Namun pada golongan darah O setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini terjadi karena golongan darah O memiliki zat anti A dan zat anti B sehingga jika jika diberi serum A(zat anti A) dan serum B(zat anti B) tidak adan terjadi penggumpalan karena golongan darah O memiliki zat anti keduanya maka akan menolak(tidak menggumpal) jika bertemu dengan zat anti A maupun B dari serum yang diteteskan.

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
1.    Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900, menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam diantaranya:
1.    Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin (beta)
2.    Golongan darah B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin (alfa)
3.    Golongan darah AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin
4.    Golongan darah O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinigen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1)        Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2)        Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
3)        Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4)        Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

2.      Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
1.      Golongan darah M, mengandung antigen M
2.      Golongan darah N, mengandung antigen N
3.      Golongan darah MN, mengandung antigen M dan antigen N.

3.    Sistem Rhesus
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus + mengandung antigen faktor Rhesus dalam eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma. Sedangkan orang yang berjenis Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak mengandung aglutininnyadalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya. Kalau donor Rh-, resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada aglutinin resipien dan tak ada antigen donor yang harus digumpalkan. Pada kaum ibu hamil sistem Rhesus ini ada juga peranannya sekedar. Kalau ibu itu mengandung embrio berjenis Rh+ (suami Rh+) sedang ia berjenis Rh-, sebagian antigen embrionya akan merembes ke dalam peredaran darah ibu dan terbentuk aglutinin. Sampai bayi lahir belum apa-apa. Tapi kalau ibu mengandung embrio berjenis Rh+ kedua kalinya, dalam tubuhnya sudah terbentuk banyak aglutinin. Sehingga mampu menggumpalkan eritrosit embrionya, lahirlah bayi yang mengidap anemia yang parah dan sering menyebabkan kematian sang bayi.

Ketika manusia kekurangan darah yang diakibatkan suatu penyakit tertentu. Dan penolongan yang tepat adalah transfusi darah, maka darah yang ditransfusi haruslah darah yang sama golongannya. Hal ini dikarenakan akan terjadi penggumpalan darah pada pasien jika darah yang diterima tidak sama golongannya. Dalam transfer darah dikenal dengan resipien universal dan donor universal.
 Resipien universal adalah seseorang yang bergolongan darah tertentu sehingga dapat menerima transfusi darah dari golongan darah manapun. Resipien universal adalah orang yang bergolongan darah AB. Secara teori orang yang bergolongan darah AB bisa menerima transfusi darah dari golongan darah apapun. Tetapi dalam prakteknya hal ini tidak diperbolehkan. Dikhawatirkan nantinya akan terjadi penggumpalan dan kematian. Kenapa ? karena ditakutkan terjadi ketidakcocokan antara aglutinin resipien dan aglutinogen pendonor.
Donor universal adalah orang yang memiliki golongan darah tertentu sehingga dapat didonorkan ke siapa saja yang membutuhkan. Golongan darah tersebut adalah golongan darah O. Jadi orang yang bergolongan darah O dapat mendonorkan darahnya untuk ssemua golongan ( sistem ABO ). Secara teori hal ini memang bisa, dikarenakan golongan darah O merupakan golongan darah dimana tidak ditemukan adanya aglutinogen pada sel darah merahnya. Akan tetapi dalam prakteknya, darah dengan golongan O hanya ditransfusikan ke mereka yang bergolongan darah O saja.
Tabel Transfusi Darah
Resipien
Donor
A
B
AB
O
A
+
-
-
+
B
-
+
-
+
AB
-
-
-
-
O
+
+
+
+
Keterangan    : + = tidak menggumpal                    - = menggumpal



BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.    Golongan darah sistem ABO digolongkan menjadi 4 golongan yaitu golongan darah A, B, AB dan O.
a)      Seseorang dengan golongan darah A memiliki aglitinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B pada plasmanya.
b)      Seseorang dengan golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya.
c)      Seseorang dengan golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B pada sel darahnya, namun tidak memiliki aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
d)     Seseorang dengan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A maupun aglutinogen B pada sel darahnya, namun memilki aglutinin anti A dan anti B pada plasmanya.
2.    Jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah, maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah, maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut adalah O.
3.     Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu : sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh)





DAFTAR PUSTAKA

Campbell et all. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.  Erlangga. Jakarta
dyahtiwi. 2013. Darah. Di unduh dari http://spatuway.blogspot.com pada tanggal 21 11-2013 pukul 18.00
Kimball,John.W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Mustahib. 2013. Darah. Di unduh dari http://biologi.blogsome.com/ pada tanggal 21 11-2013 pukul 18.00
Sloane,ethel,2003,Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula,EGC,Jakarta.
Suharti. 2013. Darah. Di unduh dari http://biologionline.blogspot.com/2001 pada tanggal 21 11-2013 pukul 18.00
Waluyo,Joko dkk.2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej
Yatim,Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar