Rabu, 26 November 2014

HAKIKAT , LANGKAH, DAN PRINSIP JOYFUL LEARNING



HAKIKAT  JOYFUL LEARNING
Menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses  pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Hal ini dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari siswanya. Pembelajaran menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada  belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi (Depdiknas, 2004:3, 3-8). Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika  proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajara memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya  
aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa Pembelajaran menyenangkan berarti sesuai pembelajaran yang tidak membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36). Jadi yang dimaksud pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) dalam penelitian ini sebenarnya merupakan metode, konsep dan praktik  pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan  psikologi perkembangan anak.  kehidupan sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang sedang “ in”  berkembang dimasyarakat. Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah apabila siswa senang dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Menurut Gordon Dryden (2000:22) bahwa belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Joyfull Learning merupakan metode belajar mengajar yang menyenangkan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan cara menyenangkan dan berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learnin maka perlu menyiapkan lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman, dan nyaman. Ini dimulai dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan musik. Ruangan harus terasa pas untuk kegiatan belajar seoptimal mungkin. (Bobbi De Porter, 2000 : 8 ) Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer  pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan diciptakannya sendiri. Jadi faktor untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah  penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak ntuk belajar. Suasana kelas yang diciptakan penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam belajar. (Prof. Dr. Mukhlas Samni, M.Pd, 2000 : 1) Pembelajaran yang dirancang secara menyenangkan akan menimbulkan motivasi belajar siswa dan terus bertambah. Dengan demikian efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Proses ini mensyaratkan guru sudah mengetahui secara  persis liku-liku materi pembelajaran yang akan dipelajari. Siswa bersikap dewasa, terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk belajar. Suasan akan terbangun secara demokratis dan siswa sendiri akan merasa senang karen keinginan, keberadaan, dan otonominya sebagai siswa diakomodasi oleh guru. Perasaan senang dapat hadir seiring dengan tujuan pendidikan yang dapat diserap dengan  baik dan mudah. Hal tersebut dapat tejadi karena seseorang yang berada dalam kondisi yang menyenangkan tahan dan sigap dalam menghadapi beragam bentuk tantangan. Sebaliknya, seseorang yang sulit mengendalikan emosi akan mengalami “Emosional Hijacking” (Pembajakan Emosi), berarti orang tersebut akan terlanda “Nervous” (Kegugupan) dan mudah keliru dalam mengambil keputusan atau menggunakan “IQ -nya”. Guna mengetahui berhasil tidaknya  mendidik seorang  siswa, dapa diketahui melalui tiga faktor penting: Pertama, adalah “Improvement”  (Pertumbuhan). Indikasinya adalah perubahan sikap kearah yang lebih baik. Pendidikan dikatakan berhasil, apabila guru tahu cara membantu muridnya agar menjadi dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal dan mengerti cara memeca hkan masalah ataupun menghilhami orang lain untuk meningkatkan peran dalam kehidupannya. Kedua adalah “Development” (Pengembangan). Pengembangan yang dimaksud adalah bagaimana seseorang dapat sukses dalam pendidikan dan mampu melakukan sebuah aktivitas, yang dibarengi dengan menjadikan orang lain menjadi sukses. Ketiga adalah “Empowerment” (Pemberdayaan). Berkaitan dengan pemberdayaan, maka yang  menjadi fokus adalah “Keunikan”, dimana anak memiliki kecakapan yang  beragam. Semua orang mempunyai potensi untuk berhasil dengan keunikan masing-masing.  
 LANGKAH JOYFULL LEARNING
Sampai kira-kira anak-anak berusia remaja, pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil bermain, yang mau tidak mau akan mengajak siswa untuk aktif. Sambil bermain mereka aktif belajar dan sambil  belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak ada metode standar untuk pembelajaran yang menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan usia mental siswa dapat memilah dan memilih metode yang sesuai atau bahkan metode yang diciptakannya sendiri. Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran yang diaplikasi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui game, quiz, dan aktivitas-aktivitas fisik lain. Joyfull learning menggunakan pendekatan-pendekatan  permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang, segar, aktif, dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa. Pembelajaran menye nangkan atau joyful learning diterapkan dan dilatar belakangi oleh ke nyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para siswa sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi siswa (Rahmawati, 2008: 1). Selain itu Catarinacatur (2008: 1) berpendapat bahwa joyful learning dapat mempercepat  penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit dibuat menjadi mudah, sederhana dan tidak bertele-tele sehingga tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Keberhasilan belajar tidak ditentukan atau diukur lamanya kita duduk di belakang meja belajar, tetapi ditentukan oleh kualitas cara  belajar kita. Tahapan pembelajaran joyfull learning yaitu : a. Tahap Persiapan Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari  persiapan pembelajaran alah untuk: 1.Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif. 2.Menyingkirkan rintangan belajar. 3.Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa. 4.Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran. 5.Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh. 6.Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas  belajar. Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru me mberikan motivasi berupa kata  kata dan lagu
 – lagu/ nyanyian yang dapat membuat siswa keluar dari tasa tertekan dan menjadi tertarik dengan  pembelajaran.  b. Tahap Penyampaian Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses  belajar secara positif dan menarik. Pada tahap ini guru menyampa ikan materi belajar ya ng dikaitkan dengan hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya. c. Tahap Pelatihan Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan  pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan  prestasinya. Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini dengan menggunakan metode kuis atau dapat juga dengan metode yang lain serta dalam penyampaian diberi gambar-gambar atau animasi yang dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran. Khususnya metode kuis, saat pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing dalam kuis untuk menjadi juara. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam kuis. Serta saat pembelajaran berla ngsung bisa diselingi dengan humor yang dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. d. Teknik Penutup. Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam
 joyfull learning  hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/ lagu yang menyenangkan bagi siswa. Apabila fasiltas dan waktu memungkinkan dapat juga mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan  prestasinya. Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini dengan menggunakan metode kuis atau dapat juga dengan metode yang lain serta dalam penyampaian diberi gambar-gambar atau animasi yang dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran. Khususnya metode kuis, saat pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing dalam kuis untuk menjadi juara. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam kuis. Serta saat pembelajaran berla ngsung bisa diselingi dengan humor yang dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. d. Teknik Penutup. Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam
 joyfull learning  hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/ lagu yang menyenangkan bagi siswa. Apabila fasiltas dan waktu memungkinkan dapat juga

PRINSIP JOYFULL LEARNING
Pembelajaran yang menyenangkan sebenarnya merupakan metode, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna,  pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan psikologi perkembangan anak. Dengan demikian walaupun esensinya sama, bahkan metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama, tetap ada spesifikasi yang berbeda terkait dengan penekanan konseptualnya yang relevan dengan perkembangan moral dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya (meaningful learning) karena mereka dapat memadukan konsep pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan 

di akses dari http://www.scribd.com/doc/191253011/PROPOSAL-PENELITIAN-docx

1 komentar: