Rabu, 26 November 2014

Joyful Learning



A.    Pendekatan Joyful Learning
sumber : Pribadi
Joyful Learning berasal dari kata Joyful  yang berarti menyenangkan sedangkan Learning adalah pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan/ Joyful Learning adalah suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Chen, Chen, & Liu, 2010; Kirikkaya, İşeri, & Vurkaya, 2010 ( dalam Wei, Hung, and Chen, 2011: 12) 
“ joyful learning” as a kind of learning process or experience which could make learners feel pleasure in a learning scenario/process. A joyful perception is found to have positive influence on the motivation of learning”.
Menurut Mulyasa (2006: 191-194) pembelajaran menyenangkan  Joyful Learning  merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Pendekatan Joyful Learning membuat peserta didik berani berbuat, berani mencoba, berani bertanya, mengemukakan pendapat, dan mempertahankan pendapat  sehingga tidak takut salah, ditertawakan, diremehkan  dan  tertekan. Dalam belajar pendidik harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang dapat disuruh berpikir tanpa henti, sehingga perlu relaksasi.
Djamarah (2010: 377) menyatakan pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran yang di desain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenangkan, dan yang paling utama tidak membosankan. Suasana seperti itu akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar mengajar dikelasnya, sehingga curah perhatiannya akan lebih tinggi. Tingginya tingkat curah perhatian tersebut, akan meningkatkan hasil belajar. Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik di kelas, sehingga tidak ada beban bagi peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Apabila guru atau pendidik mampu menciptakan suasana atau kondisi pembelajaran menyenagkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran (Darmansyah, 2010: 22) Pendekatan Joyful Learning merupakan  salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan proses sains dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
 Berdasarkan pendapat beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Joyful Learning adalah sistem pembelajaran yang berusaha untuk membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Pendekatan Joyful Learning suatu pendekatan yang membut peserta didik nyaman, aktif melibatkan siswa sehingga siswa lebih dapat menerima materi  yang disampaikan dan memaksimalkan partisipasi siswa  karena pembelajaran berjalan tanpa tekanan, siswa tidak merasa cemas/takut dan suasana yang menyenangkan. Penciptaan rasa senang berkaitan dengan kondisi jiwa bukanlah proses pembelajaran tersebut menciptakan suasana ribut atau gaduh. Menyenangkan dalam belajar dikelas bukan bearti menciptakan suasana hura-hura dalam belajar dikelas namun kegembiraan disini bearti membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh serta tercipta makna, pemahaman (pengusahaan materi yang dipelajari) dan nilai-nilai yang membuat siswa merasa nyaman. Pembelajaran yang menyenangkan Joyful Learning bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.
Pembelajaran yang menyenangkan harus didukung oleh keamanan lingkungan, relevansi bahan ajar, serta jamianan bahwa belajar secara emosional akan memberikan dampak positif. Pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan otak kanan, menantang peserta didik untuk bereksresi dan berpikiran jauh kedepan, serta mengkonsolidasiakan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang lebih santai (Djamarah, 2010: 377).
Menurut Asmani (2013: 56) pembelajaran menyenangkan (Joyful Learning) memiliki ciri-ciri diantaranya : siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Learning to do), multi metode/multi media, praktik dan  bekerja dalam satu tim, memanfaatkan lingkungan sekitar, dilakukan di dalam/ di luar kelas, dan multi aspek (logika, praktik, dan etika). Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan masalah. Selain itu, peran guru dalam mendesain pembelajaran adalah kunci utama berlangsungnya suatu pembelajaran sehingga siswa merasa senang dan puas dalam setiap tahap pembelajaran serta mendapatkan hasil yang maksimal di tinjau dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu pemanfaatan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dapat membuat anak senang belajar dan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, dan membuat gambar.
Lebih lanjut Asmani (2013: 89-90) berpendapat keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif. Yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang menyenangkan akan ditandai dengan besarnya perhatiaan siswa terhadap tugas, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Selain itu, dalam jangka panjang  siswa diharapkan menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long lear).
Dalam pelaksanaan pembelajaran Joyful Learning ada empat komponen atau prinsip yang dilaksanakan yaitu
1). Mengalami; Dalam hal mengalami, siswa banyak melalui berbuat dan pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra. Beberapa contoh dari prinsip mengalami ini adalah percobaan, wawancara, dan penggunaan alat peraga;
2). Interaksi; Interaksi antara siswa maupun guru untuk selalu dijaga agar mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat;
3). Komunikasi; Komunikasi dapat diartikan sebagai sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik, karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. Cara yang dapat dilakukan misalnya dengan persentasi dan laporan;
4). Refleksi; Refleksi dijadikan sebagai wahana elaluasi dari strategi yang telah diterapkan dan hasil yang dapat di dapatkan. Dengan refleksi, keselahan dapat dihindari sehingga tidak terulang lagi (Asmani, 2013: 123-126).
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam mendukung keberhasilan pembelajaran Joyful Learning antar lain: mengenal anak secara perseorangan, memahami sikap yang dimiki anak, memanfaatkan prilaku anak dengan perorganisasian belajar, mengembangkan kemampuan kritis,kratif dan kemampuan memecahkan masalah, mengembangakan lingkungan kelas yang menarik, mamanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran serta dapat membedakan aktif fisik dan aktif mental. Faktor pendukung ini harus berkaitan satu sama lain agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan (Aji, 2013: 13).
Lebih lanjut  Menurut Rose & Nicholl  (2003 dalam Jamal Ma’mur Asmani 2011: 84) mengatakan bahwa pembelajaran pembelajaran menyenangkan (Joyful Learning) bisa tercapai dengan cara:
1). Menciptakan lingkungan atau suasana tanpa stres, lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan namun harapan untuk sukses tinggi;
2). Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan;
3). Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakuakan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu istirahat, jeda teratur;
4). Melibatkan secara sadar semua indra dan juga pikiran otak kanan dan otak kiri;
5) Menantang otak siswa untuk berpikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subyek pembelajaran;
6). Mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang periode-periode relaks.
Menurut Mulyasa (2006: 201) pendekatan Joyful Learning menekankan pada 3 faktor yang harus dilakukan, yaitu :
1). Kebermaknaan : pemahaman akan meningkat bila informasi baru dengan gagasan dan pengetahuan yang dikuasai  oleh siswa. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri;
2). Penguatan : terdiri atas pengulangan oleh guru guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut dan latihan dapat mananggulangi proses lupa. Dalam pendekatan  Joyful Learning penguatan merupakan hal yang harus diperhatikan;
 3). Umpan balik : kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang hasil-hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi  jawaban siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung atau koreksi pekerjaan siswa.
Tahap pembelajaran Joyful Learning menurut Mulyasa (2006: 202) yaitu
1). Tahap persiapan : tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk a. mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif; b. Menyingkirkan rintangan belajar;  c. Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa; d. Memberikan siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran; e.Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh; f. Mengajak orang dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.
Hal tersebut akan berdampak secra psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru memberikan motivasi berupa kata-kata dan lagu-lagu/nyanyian yang dapat membantu siswa keluar dari rasa tertekan dan menjadi tertarik dengan pembelajaran Komponen persiapan pemebelajaran antara laina. Sugesti positif;  b. Lingkungan fisik positif;  c. Tujuan yang dan bermakna; d. Manfaat bagi siswa; e. Sarana persiapan siswa sebelum pembelajaran; f. Lingkungan sosial yang  positif; g. Keterlibatan penuh pembelajaran; h. Rangsangan rasa ingin tahu.
2). Tahap Penyampaian : tahap penyampaian dalam siklus pembelajaaran yang dimaksud untuk mempertemukan pemebelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Pada tahap ini guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan hal-hal nyata dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya. Adapun cara mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar yakni a. Persentasi guru (fasilitator); b. Persentasi guru dan siswa; c. Pesentasi siswa dan berlatih menemukan.
3). Tahap Pelatihan : Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikan keterampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apan yang meraka alami, perasan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.
4) Tahap Penutup : Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selasai. Namun dengan ini akan tidak efektif, yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam Joyful Learning hendaknya memberikan penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingatkan yang kuat akan apa yang terjadi. Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian atau lagu yang menyenangkan bagi siwa. Apabila fasilitas dan waktu memungkinkan dapat juga guru memutarkan film di akhir pembelajaran sebagai sarana refresing bagi siswa.
Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran tidak terlupakan dengan cara antara lain; a. strategi peninjauan kembali; b. Peninjauan sendiri; c. Perencanaan masa depan; d. Ucapan perpisahan; e. Cara atau teknik menjadikan pembelajaran menyenangkan dan berhasil.
       Kelebihan Model Pembelajaran Joyful Learning :
            a). Suasana belajar rileks dan menyenangkan. Dengan melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan belajar murid lebih ringan dan menyenangkan sehingga murid tidak mengalami stress dalam belajarnya.
b). Banyak strategi yang bisa diterapkan. Ada banyak jenis metode yang ada di Joyful Learning yang dapat diterapkan dan dikombinasikan antara metode yang satu dengan metode lainnya, sehingga kita tinggal menentukan sendiri jenis metode mana yang diterapkan.
c). Merangsang kreativitas dan aktivitas. Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada didalam otak kita dan mengobinasikan dengan informasi yang lain sehingga tercipta hal baru yang bernilai tambah. Demikian juga jika kita menggunakan metode Joyful Learning kita akan menghubungkan informasi yang sudah ada di memory kita untuk dikombinasikan dan dipadukan antara informasi yang satu dengan yang lain sehingga tercipta sesuatu yang baru.
d.) Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.Dengan penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain membungkus suatu penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi agar para peserta didik mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat yang tinggi.
Kekurangan pembelajaran Joyful Learning diantara lain :
a). Jika guru tidak berhasil mengendalikan kelas maka kelas akan menjadi sangat ramai dan susah di kendalikan.
b). Guru harus mempunyai kreatifitas yang tinggi agar peserta didik tidak bosan.
c). Guru harus menguasai banyak metode pembelajaran karena pada model pembelajaran joyful learning harus menerapkan banyak metode pembelajaran. (Catur, 2012: 2-4)

5 komentar:

  1. buku tentang joyful learning ada gg y? pengarang dan judulnya apa? mohon bantuannya

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. itu sumber bukunya dr mana ya? Terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada kok.. coba cari pembelajaran pakem. Disana ada pembelajaran menyenangkan.
      Selebihnya saran saya cari di jurnal internasional.
      Lebih lanjut cari saja skripsi saya di diligib unila tentang pembelajaran menyenangkan

      Hapus
  4. mbk share dong judul bukunya apa?

    BalasHapus