BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan
nonhayati yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi
yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam
ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem air laut. Ekosistem air laut
merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas ekosistem air laut
hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi. Ekosistem ini biasa juga
disebut dengan Ekosistem Bahari. Ekosistem
air laut seperti halnya ekosistem air tawar, pada ekosistem air laut merupakan
media internal dan eksternal bagi organisme yang hidup didalamnya.
Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme laut. Air laut
sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tubuh tumbuh-tumbuhan
dan binatang binatang laut (Razak dan Armin. 2006)
Ekosistem
laut ini memegang peran penting bagi kehidupan di laut khususnya dan di bumi secara
umum karena di dalam ekosistem laut ini terjadi berbagai macam interaksi,
aliran energi dan siklus biogeokimia yang penting bagi kehidupan Hal inilah
yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini yaitu supaya kita mengetahui
komponen apa saja menyusun ekosistem laut dan bagaimana interaksi dan daur
biogeokimia yang terjadi di laut.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini sebagai
berikut :
1.
Apakah pengertian ekosistem laut?
2. Apakah komponen penyusun ekosistem
laut?
3. agaimanakah interaksi yang terjadi
pada ekosistem laut?
4.
Bagaimanakah aliran energi dan siklus biogeokimia yang
terjadi di ekosistem laut?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pengertian ekosistem laut
2.
Mengetahui komponen penyusun ekosistem laut
3.
Mengetahui interaksi yang terjadi pada ekosistem laut
4.
Mengetahui aliran energi dan siklus biogeokimia yang
terjadi di ekosistem laut
D. Manfaat Penulisan
Ketika kita menulis makalah maka tentu ada manfaat yang dapat kita ambil,
baik dari penyusun sendiri maupun bagi para pembaca. Adapun beberapa manfaat
yang dapat ambil yaitu dapat mengetahui ilmu tentang ekosistem air laut dan dapat
menyadari pentingnya menjaga ekosistem laut yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem Air Laut
Ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi satu sama lain atau terjadi hubungan timbal balik diantara
semuanya. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber
dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup ( Amroini, 2013).
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup ( Amroini, 2013).
Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang
sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin.
Berdasarkan referensi tersebut, maka ekosistem air laut
merupakan hubungan timbal balik
yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan laut. Ekosistem laut atau
disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem
yang terdapat di perairan laut,
terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut.
Seperti halnya ekosistem air tawar, pada ekosistem
air laut merupakan media
internal dan eksternal bagi organisme yang hidup didalamnya. Air merupakan
zat yang mengelilingi seluruh organisme laut. Air laut sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tubuh tumbuh-tumbuhan
dan binatang bianatang laut. Ekosistem laut merupakan ekosistem
yang paling luas di bumi ini. Luas ekosistem air laut
hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut
menjadi perhatian orang banyak.
Dari pengertian tentang ekosistem air laut yang telah dijelaskan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ekosistem air laut
memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut :
5 Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun
kadar
garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan
ada yang
rendah (di laut beriklim dingin).
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu
karang.
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber
daya alam yang dapat kita manfaatkan.
Berdasarkan kedalamannya, wilayah perairan laut terdiri dari empat zona,
yaitu :
1. Zona Litoral, yaitu wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut.
Wilayah ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada
saat air laut mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang
pantainya landai.
2. Zona Neritik, adalah daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-rata
kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di Paparan Sunda
dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti Laut Jawa, Selat Sunda
dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial,
adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara 200
meter –
1.800 meter.
4. Zona Abisal,
adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1.800 meter.
Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung Laut Mindanao (10.830
meter). (Anwar,
2014)
B. Komponen Penyusun Ekosistem Laut
Komponen penyusun suatu ekosistem meliputi komponen
abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah komponen penyusun suatu ekosistem
yang terdiri dari bukan makhluk hidup, yaitu:
1. Cahaya
matahari hampir dikatakan tidak menembus laut dalam sehingga kondisi laut dalam
tersebut gelap gulita dan tidak terjadi proses fotosintesis pada ekosistem ini
2. Tekanan
hidrostatik yang tinggi karena semakin turun sejauh 10 meter dari permukaan
laut maka tekanan akan bertambah sebesar 1 atm.
3. Salinitas yang tinggi.
Salinitas juga di pengaruhi oleh meningkatnya suhu karena semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi prnguapan sehingga terjadi pemekatan yang mengakibatkan
salinitas meningkat. Curah hujan dan masuknya air tawar dari aliran sungai juga
mempengaruhi salinitas karena semakin banyak suplay air tawar yang masuk maka
akan terjadi pengenceran sehingga salinitas menurun.
4. Suhu,
semakin dalam laut maka suhu semakin rendah karena ketidak mampuan penetrasi
cahaya matahari hingga ke laut dalam.
5. Kadar
Oksigen rendah karena oksigen yang masuk ke laut dalam digunakan terus - menerus oleh organisme
laut dalam tanpa adanya organisme penghasil oksigen.
Komponen biotik yaitu komponen penyusun akosistem yang
terdiri dari makhluk hidup dan dapat
memanfaatkan komponen abiotik untuk melangsungkan kehidupnnya.
1. Fitoplankton,
adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang di air dan
merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut
berukuran sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis. Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut
Merah, Alga biru banyak terdapat di Laut Tropik.
2. Dinophysis,
Navicula dan lain-lain. sangat
banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu
dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga
Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu-batu
karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan
penelitian, rekreasi, sebagai bahan bangunan dan lain-lain. Sedangkan zat kimia
yang terkandung dalam tubuh bentos bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk
permbuatan obat dan kosmetika.
3. Zooplankton,
adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil
yang sangat banyak jumlahnya. Contoh zooplankton misalnya Copepoda, Tomopteris,
Arrow Wori, Jelly Fish (ubur-ubur) dan Crustace. Di samping menjadi makanan
utama ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan
dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah
mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
4. Nekton
adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti
ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi dan lain-lain. Nekton
merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk
perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan
dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah
mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
5. Bentos
adalah organisme yang hidup di dasar laut baik yang menempel pada pasir maupun
lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang
laut,cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Tubuh bentos banyak mengandung
mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan
sisa-sisa rumah atau kerangka bentos (Ahya, 2013).
C. Interaksi Yang Terjadi Pada Ekosistem Laut
Interaksi di
ekosistem laut terjadi melalui hubungan simbiosis, yaitu keterkaitan yang terjalin di antara
spesies-spesies yang secara bersama mengembangkan cara hidup saling melindungi,
memberi makan, atau menarik pasangannya.
Organisme menggunakan simbiosis dalam berbagai cara
untuk menyelesaikan berbagai kegiatan kehidupan. Kegiatan ini meliputi
pertahanan, pembersihan, transportasi, makanan, perumahan, dan kamuflase. Simbiosis
umumnya digunakan untuk tujuan pembersihan. Dengan membersihkan simbiosis
simbion tidak tinggal dalam jaringan ‘tuan rumah mereka. Ada praktek umum
dari “stasiun pembersihan”. Ini adalah di mana ikan besar akan pergi ke
tempat-tempat simbion, bersih udang dan ikan, hidup. Pembersih memilih
dari parasit, ganggang, dan detritus dari ikan yang lebih besar, mendapatkan
makanan dari proses pembersihan. Proses ini membantu menjaga kesehatan
populasi laut banyak. Ada beberapa jenis ikan yang bahkan mengubah warna
untuk menunjukkan bahwa mereka perlu dilakukan dalam proses pembersihan,
membuat parasit eksternal menonjol lebih terhadap kulit mereka. . Transportasi
adalah cara lain organisme menggunakan simbiosis. Ketika satu hewan
menggunakan lain untuk transportasi, hubungan simbiosis disebut phoresis. Simbiosis
juga digunakan sebagai cara untuk simbion untuk mendapatkan
makanan. Beberapa jenis udang, kepiting dan copepoda hidup di cnidaria
karang dan lainnya permukaan menciptakan hubungan commensalime
terkait. Udang memanfaatkan dengan mengkonsumsi lapisan lendir, kulit mati
atau partikel organik mengikuti dari karang. Kegiatan ini tidak merugikan
host krustasea. Kamuflase adalah cara lain organisme menggunakan
simbiosis. Ikan Pensil atau kuda laut dan tempat tidur rumput pameran
hubungan ini. Pensil Ikan biasanya berada di tempat tidur rumput apung,
menggunakan mereka untuk menyembunyikan. Kepiting Anemone Hermit
(Dardanusm pedunculatus) dan anemon laut kecil juga menggunakan simbiosis untuk
membuat kamuflase. Kepiting Hermit akan melampirkan beberapa anemon
cangkangnya, memberikan baik kamuflase dan pencegah terhadap predator. Manfaat
untuk anemon adalah bahwa terkena lebih banyak makanan dengan kepiting sebagai
rumah mobile maka akan anda temui jika itu diam.
Adapun hubungan tersebut dikategorikan menjadi tiga
kelompok besar sebagai berikut:
1. Simbiosis komensalisme
Yaitu suatu hubungan yang terjalin diantara dua jenis
organisme. Dan hanya satu organisme saja yang merasa diuntungkan. Adapun
contohnya yang terjadi di dunia bawah laut seperti:
a. Udang
adalah merupakan organisme yang mengambil keuntungan dari pasangannya yang
berupa ketimun laut. Meski bukan parasit, tidak ada untungya ditunggangi udang
di punggungnya. Pembonceng-pembonceng ini dapat ditemui di atas makhluk-makhluk
yang lebih besar dan bergerak lebih cepat termasuk nudibranchs dan ketimun laut
(sea cucumber). Mereka menggantung dan memunguti sisa-sisa makanan ketika
tunggangan mereka bergerak di dalam laut.
b. Simbiosis
komensalisme juga terlihat antara ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora yang
berenang di dekat tubuh ikan hiu akan turut menjelajah ke mana pun ikan hiu itu
pergi. Ikan remora menjadi aman dari ancaman ikan pemangsa lain karena ikan
pemangsa takut terhadap ikan hiu. Sedangkan bagi ikan hiu, ada tidaknya ikan
remora tidak berpengaruh terhadapnya.
c. Goby
dan-bulu babi juga menunjukkan commensalisme. Ada beberapa jenis Goby,
seperti memancarkan Astropyga, yang hidup di antara duri bulu babi
beracun. Mereka mendapatkan perlindungan dari tuan rumah mereka sementara
tuan rumah mereka tidak diuntungkan atau dirugikan oleh hubungan tersebut.
2. Simbiosis Mutualisme
Yaitu suatu hubungan yang terjalin diantara dua
organisme, yang keduanya memperoleh keuntungan. Adapun contohnya yang terjadi
di dunia bawah laut seperti:
a.
Udang “cleaning-service”, memanjat ke mulut belut laut
yang tajam untuk mencari sisa-sisa makanan seperti parasit-parasit, kebiasaan
tersebut menunjukan hubungan yang saling menguntungkan, dan jika kedua
organisme tersebut tidak ada salah satunya maka organisme yang satunya akan
mengalami kerugian. Bila tidak ada udang tersebut, belut tidak akan cukup
bertahan mengatasi parasit-parasit yang mengganggu kelangsungan hidupnya, dan
sebaliknya untuk udang bila tidak ada belut tidak ada media mencari makan yang
berpotensi memutus suplay makanan untuknya.
b.
Kepiting boxing, hermit, dan jenis-jenis kepiting
lainnya diketahui berteman dengan bermacam-macam spesies anemones laut
bersengat. (anemones adalah invertebrata laut yang hidup menempel di karang).
Hubungan tersebut terjadi dengan cara sebagai berikut: Kepiting boxing
bergantung dan memegang erat anemones dengan tujuan untuk melindungi dirinya
dari predator yang mengancam. Sedangkan beberapa kepiting hermit
memanggul anemones dan menempelkan anemones ke cangkangnya dengan tujuan
menghalangi musuh-musuhnya. Hubungan ini berjalan dua arah yaitu anemones
dapat memperoleh banyak makanan karena berpindah-pindah dari tempat satu
ketempat lainnya.
c.
Seekor ikan berbintik dapat hidup bersama udang
bercangkang. Keduanya menjalani hidup bersama dan saling mengisi. Mereka
menempati lubang bersama, lubang digali oleh udang. Udang yang relatif
tidak bisa melihat ini mempercayakan penglihatan tajam sang ikan sebagai
penjaganya dan memberi tanda padanya saat aman untuk bergerak. Ikan-ikan ini
sebaliknya mengharapkan lubang yang digali oleh udang ini untuk dijadikan tempat
berlindung dan istirahat yang nyaman.
d.
Ikan badut (clownfish) sepertinya menjadi satu-satunya
spesies ikan yang tahan terhadap efek racun dari anemones laut, bergerak bebas
di dalamnya.Ikan badut kerap dijumpai bersembunyi, berselimut, dan bercengkrama
diantara tentakel-tentalel anemon yang beracun. Anemones akan melindungi ikan
badut ini dan mereka akan memakan sisa-sisa yang ditinggalkan ikan ini termasuk
copepods, isopods dan zooplankton. Ikan badut juga akan melindungi teritorinya
dengan ganas, menjaga anemones miliknya.
3. Simbiosis Parasitisme
Yaitu suatu hubungan antara dua organisme yang
berlainnan jenis, yang satu disebut inang dan yang satunya disebut parasit.
Dimana parasit ini bergantung dan hidup pada pengorbanan inangnya. Ada 3 jenis
parasitisme, ectoparasitism dan endoparasitism dan mesoparasitm. Ectoparasitism
adalah tempat parasit yang eksternal dan endoparasit hidup di dalam tubuh
inang, seperti virus, bakteri, cacing pipih, cacing gelang dan lintah.
Adapun contohnya yang terjadi di dunia bawah laut
seperti:
a.
Contoh dari hubungan endoparatism adalah Ikan Pearl
dan Sea Cucumber. Pearl hidup di kloaka Sea Cucumber, mereka masuk melalui
anus. Ikan Pearl kemudian menerobos membran pernapasan dan menempatkan
rumahnya.Ikan Pearl akan hidup pada jaringan pernapasan dan gonad Ketimun Laut,
sehingga menggngu sistem pernafasan hewan tersebut. Mereka meninggalkan sarang
mereka di malam hari untuk makan. Ketika ikan Pearl meninggalkan Sea Cucumbers
untuk mencari makan, mereka mengikuti aroma kimia yang membuat mereka kembali
ke anus Sea Cucumbers itu.
b.
Contoh dari hubungan ecotoparasitism adalah fish
doctor dan ikan. Fish Doctor, jenis Crustacea Isopod, akan melampirkan
dirinya di bawah sirip, sisik, atau insang ikan. Kemudian menghisap darah
ikan tuan rumah sampai mati.
c.
Contoh hubungan mesoparasite adalah ikan mutiara, dan
teripang. Ikan mutiara adalah jenis mesoparasite. Mendeteksi bahan
kimia yang dilepaskan oleh teripang dan memasuki teripang lalu berpartisipasi
dalam pertukaran gas dan napas di dalam air. Teripang berupaya untuk
mengeluarkan ikan mutiara dengan cara mengeluarkan sebagian besar dari saluran
pencernaan melalui anus mereka. Hal ini dapat merugikan untuk teripang (Anwar,
2014).
D. Aliran Energi dan Siklus Biogeokimia di Laut
Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan,
pemeliharaan, dan reproduksi. Aliran energi merupakan perjalanan energi dari
produsen primer yang menggunakan energi cahaya untuk mensintesis molekul organik
yang selanjutnya dirombak menjadi ATP. Konsumen mendapatkan bahan bakar organik
melalui jaring-jaring makanan. Jumlah energi cahaya yang diubah menjadi senyawa
organik oleh produsen suatu ekosistem selama periode waktu tertentu disebut
produktivitas primer. Lautan menyumbang lebih banyak produktivitas primer
dibandingkan ekosistem lain, akan tetapi hal ini disebabkan karena ukurannya
yang besar. Produktivitas dilaut umumnya terdapat paling besar di perairan
dangkal dekat benua dan di sepanjang terumbu karang, dimana cahaya dan nutrien
berlimpah. Dilautan terbuka intensitas cahaya mempengaruhi produktivitas
komunitas fitoplankton. Produktivits secara umum lebih besar dekat permukaan
dan menurun secara tajam dengan bertambahnya kedalaman karena cahaya lebih
cepat diserap oleh air dan plankton. Ketika energi mengalir melewati suatu
ekosistem banyak energi yang hilang sebelum dapat dikonsumsi pada tingkat
berikutnya
( Campbell, 2004).
Siklus biogeokimia atau yang biasa
disebut dengan siklus organik-anorganik adalah siklus unsur-unsur atau senyawa
kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi
ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme,
tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga
disebut sebgai siklus biogeokimia.
Siklus biogeokimia yang terjadi di laut
dapat berupa silkus air, siklus oksigen dan karbondioksida (karbon), siklus
nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa unsur-unsur hara.
1.
Siklus Karbon
Siklus
karbon adalah siklus biogeokimia di mana karbon dipertukarkan antara biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir
tersebut adalah atmosfer, Biosfer Teresterial, meliputi freshwater sistem dan
material nonhayati organik seperti soil karbon (karbon tanah), Lautan,
meliputi karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati atau nonhayati,
Sedimen, meliputi bahan bakar fosil.
Tahapan
siklus karbon yaitu karbon terbesar yang terdapat diatmosfer bumi adalah gas
karbondioksida (CO2) sebesar 0.03%. Meskipun jumlah gas ini
merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer, namun
gas ini memiliki peran penting dalam menyokong kehidupan gas-gas lain yang
mengandung karbon di atmosfer semakin bertambah selama beberapa tahun terakhir
ini dan berperan dalam peningkatan pemanasan global. Karbon dapat diambil dari
atmosfer dengan berbagai cara, antara lain melalui proses fotosintesis yaitu, ketika
matahari bersinar, tumbuhan laut dan algae melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Melalui
sirkulasi termohalin. Pada permukaan laut di daerah kutub, air laut menjadi
lebih dingin dan karbondioksida lebih mudah larut dalam air. Karbondioksida
yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa
air di permukaan yang lebih berat menuju ke dalam laut. Di laut bagian atas ,
pada daerah yang produktivitasnya tinggi organisme membentuk cangkang karbonat
dengan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini menyebabkan aliran
karbon menuju ke bawah. Melalui pelapukan batu silikat proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer
seperti dua proses sebelumnya. Pelapukan batuan silikat tidak memilki efek yang
terlalu besar terhadap karbondioksida pada atmosfer karena ion karbonat pada
atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air laut dan selanjutnya akan dipakai
untuk membuat karbonat laut.
Karbon
dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara lain melalui
respirasi tumbuhan dan binatang. Proses ini merupakan reaksi eksotermik dan
termasuk juga penguraian glukosa menjadi karbohidrat dan air. Melalui
pembusukan, tumbuhan, dan binatang. Jamur dan bakteri menguraikan senyawa
karbon pada tumbuhan dan binatang yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon
dioksida jika tersedia aksigen atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen
Melalui pemanasan permukaan laut. Di permukaan laut, ketika air laut menjadi
lebih hangat, karbon dioksida yang larut dalam air akan dilepas ke atmosfer
sebagai uap air.
Laut
mengandung sekitar 36000 GtC ion karbonat yang merupakan kandungan umum. Karbon
anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau
karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksi yang terjadi pada air. Pertukaran
karbon penting untuk mengontrol pH di laut dan dapat di jadikan sebagai sumber.
Proses pertukaran karbon antara atmosfer dengan lautan diawali dengan pelepasan
karbon ke atmosfer yang terjadi di daerah upwelling (lautan bagian
atas), kemudian pada daerah downwelling (laut bagian bawah), karbon
berpindah dari atmosfer kembali ke lautan. Pada saat CO2 memasuki
lautan, asam karbonat terbentuk dengan reaksi kimia:
CO2
+ H2O
H2CO3
Reaksi
tersebut memiliki sifat dua arah untuk mencapai suatu kesetimbangan
kimia. Reaksi lain yang penting dalam mengontrol nilai pH larutan adalah
pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat, dimana dapat menyebabkan perubahan yang
besar pada pH, yaitu H2CO3 H+ + HCO3-
Di
ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air.
2.
Siklus Nitrogen
Siklus
nitrogen merupakan proses pembentukan dan penguraian nitrogen sebagai sumber
protein utama di alam. Nitrogen menjadi penyusun utama protein dan sangat
diperlukan oleh tumbuhan dan hewan dalam jumlah besar. Nitrogen diperlukan
tumbuhan dalam bentuk terikat (ikatan suatu senyawa dengan unsur lain).
Nitrogen bebas dapat difiksasi (di ikat) di dalam tanah oleh bakteri yang
bersifat simbiotik dan dapat mengikat protein jika bekerja sama dengan beberapa
jenis ganggang.
Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati dan oleh bakteri. Amonia ini
dapat dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu nitrosomonas dan nitrosococcus
menjadi NO2-. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikasi,
yaitu pseudomonas denitrifikasi, nitrat diubah kembali menjadi ammonia dan
ammonia diubah kembali menjadi nitrogen yang dilepas bebas ke udara. Dengan
cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
3.Siklus Fosfor
Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air
laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu karang dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air laut. Fosfat anorganik
ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan laut kembali. Siklus ini berulang
terus menerus.
Fosfor terlarut dari mineral-mineral
fosfat dan sumber-sumber lainnya, seperti pupuk fosfat, diserap oleh tanaman
dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material genetic dalam
organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh pembusukan/penguraian mikroba
mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya yang kemudian dapat mengendap
sebagai bahan mineral. Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan
sebagai bahan pupuk, industry kimia, dan “food additives”. Fosfor merupakan
salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat toksik, terutama insektisida
organofosfat.
4.Siklus Belerang
Siklus
belerang relative kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas,
mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa sepsis lainnya dalam larutan.
Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan
oksigen membentuk gas belerang oksida, SO2, sebagai bahan pencemar air.
Hujan
asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman
Belerang
dari daratan cenderung terbawa air ke laut. Tumbuhan laut, yang memiliki sel2
sederhana. Tumbuhan ini berusaha hidup dengan menahan masuknya garam (NaCl) ke
dalam selnya. Ini dilakukan dengan membentuk senyawa penahan yang berbahan baku
belerang, karena pasok belerang di laut banyak sekali, datang dari daratan.
Waktu sel mereka terurai, senyawa penahan ini pecah dan menghasilkan gas
dimetil sulfida (DMS) yang lepas ke atmosfir. Kita pasti mengenali bau senyawa
ini: segar, mirip ikan segar yang baru diangkat dari laut. Setiap saat,
sejumlah besar senyawa ini dilepas ke atmosfir, dan senyawa ini mampu menjadi
inti kondensasi uap air. Pada gilirannya, terbentuk awan, yang menjadi hujan.
Saat hujan jatuh di darat, senyawa belerang ini dikembalikan ke daratan untuk
dimanfaatkan makhluk daratan. Lalu ampasnya dibuang lagi ke laut, untuk diolah
oleh alga. Bagian dari siklus belerang yang sangat penting adalah adanya gas
SO2 sebagai bahan pencemar dan H2SO4 dalam atmosfer.
5.Siklus Air
Siklus
air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi,
prespitasi, evaporasi, dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi dapat berjalan secara kontinu.
Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai prespitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan es, hujan salju bercampur es (sleet), hujan gerimis, atau kabut. Air yang
ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan di tempat-tempat lain akan
menguap ke atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh awan uap
air tersebut akan menjadi bintik-bintik air yang yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es, dan lain-lain.
7. Siklus Materi (Mineral)
Beberapa mineral atau unsur hara yang
penting bagi tumbuhan adalah fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfor
terdapat dalam asam nukleat yang berperan dalam mengangkut energi dan
diperlukan dalam jumlah kecil dan dalam bentuk supefosfat. Fosfor lebih tahan
pembasuhan dan ketersediannya di alam bergantung pada pH tanah.
Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
dekomposer menjadi fosfat anorganik.
Fosfat anorganik yang terlarut dalam air atau air laut akan terkikis dan
mengendap dalam sediment laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu
karang dan fosil. Fofat dan batu karang dan fosil yang terkikis akan membentuk
fosfat anorganik kembali yang terlarut di air tanah dan air laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan laut (Achmad.2014).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Ekosistem air laut
merupakan hubungan timbal balik
yang terjadi antar organisme yang ada di laut dengan lingkungan air laut
sebagai medianya.
2.
Komponen
penyusun ekosistem laut terdiri dari biotik dan abiotik. Komponen biotik antara
lain fitoplankton, zooplankton, nekton, bentos, berbagai jenis ikan, dan hewan
laut lainnya. Komponen abiotik meliputi cahaya, air laut, salinitas, terumbu,
tekanan, suhu dan kadar oksigen.
3.
Interaksi yang terjadi antar komponen penyusun
ekosistem laut antara lain simbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
4.
Aliran energi terjadi melalui tahapan rantai makanan
antar organisme laut.
5.
Daur biogeokimia yang mungkin terjadi di laut yaitu
daur karbon, daur Nitrogen, Daur Air dan daur material.
6.
Laut dapat dikatakan sebagai suatu ekosistem karena
memenuhi syarat ekosistem yaitu terdapat komponen biotik dan abiotik penyusun
ekosistem, terjadi interaksi antar komponen, terdapat aliran energi dan terjadi
siklus tau daur biogeokimia.
B.
Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Untuk pembuatan
makalah yang serupa lebih lanjut, sebaiknya dilakukan tinjauan lapangan
terlebih dahulu sehingga dapat mengamati kondisi laut yang sesungguhnya secara
lebih nyata.
Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2014. Siklus Biogeokomia. Diunduh dari http://siklus-biogeokimia.blogspot.com/2013/12/makalah-ekosistem-air-laut.html
pada tanggal 3 September 2014.
Amroini. Iwan.2013. Pengertian Ekosistem Air Laut. Diunduh dari http://iwan’s.blogspot.com/2013/12/pengertian-ekosistem-air-laut.html
pada tanggal 3 September 2014.
Ahya, Indriyana. 2013. Biologi laut Dalam. Diunduh dari http://ayhaduck.blogspot.com/2013/04/biologi-laut-dalam.html pada tanggal 3 September 2014.
Anwar, Anas. 2013. Ekosistem Laut.
Diunduh dari http://ekosistem-air-laut.blogspot.com/2013/12/makalah-ekosistem-air-laut.html
pada tanggal 3 September 2014.
Campbell,
Neil.dkk. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar