Inkuri berasal dari bahasa inggris Inquiry
berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari tahu jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Suyanti, 2010: 43). Pengajaran
berdasarkan inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri (Hamalik, 2004: 219). Inkuri digunakan sebagai metode mengajar bertujuan
mengetahui bagaimana para ilmuwan mengembangkan, memahami dan menerapkan
pengetahuan dan ide baru melalui pertanyaan yang sistematis, hipotesa dan
bereksperimen yang melibatkan proses penemuan dari pada verifikasi fakta yaitu
lebih menekankan pada proses mencari bukan berorientasi pada produk (Jacinta Agbarachi Opara and
Nkasiobi Silas Oguzor, 2011: 188) sehingga penggunaan
metode inkuiri dalam pembelajaran didasarkan pada keyakinan bahwa mempelajari
sains lebih dari sekedar menghafal fakta-fakta dan informasi ilmiah saja, tapi
lebih kepada memahami konsep-konsep dan mengaplikasikan metode-metode ilmiah
yang nantinya akan diperoleh siswa sebagai suatu produk keterampilan, berupa
keterampilan proses sains (methodological
knowledge). Inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Gulo (dalam Trianto,
2007: 137-138) sebagai berikut.
a.
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai
ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk
merumuskan hipotesis.
b.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban
sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan
data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan.
c.
Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk
menuntun proses pengumpulan data. Guru
memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah
pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau
grafik.
d.
Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah
diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran ’benar’ atau ’salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data
percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau
ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah
dilakukannya.
e.
Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari
pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh
siswa.
Sasaran
utama dari kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya
diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2007: 166). ). Selain itu, Sanjaya (2009: 197) mengungkapkan bahwa tujuan
penggunaan inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yag dimilikinya. Keunggulan metode inkuiri ini ialah
metode ini dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa (Suyanti, 2010: 50).
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka
dan dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar moderen. Selain kelebihan metode inkuiri ini memiliki
kelemahan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan belajar siswa,
dalam
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan
sulit diimplementasikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2009: 208-209).
Inkuiri bila
ditinjau dari tingkat kompleksitasnya pembelajaran dengan inkuiri dibedakan
menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery), dalam pembelajaran ini siswa
diajak melakukan pencarian konsep melalui kegiatan yang melibatkan pertanyaan,
inferensi, prediksi, berkomunikasi, interpretasi dan menyimpulkan. Tingkatan
kedua pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inkuiry), dalam pembelajaran ini
Masalah
dimunculkan oleh pembimbing atau guru. Tingkat paling kompleks adalah inkuiri
terbuka atau bebas (open inkuiry), yakni
masalah berasal dari siswa dengan bantuan arahan dari guru sampai menemukan apa
yang dipertanyakan dan mungkin berakhir dengan pertanyaan atau masalah baru
yang perlu ditindak lanjuti dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Kesamaan
ketiga pembelajaran tersebut adalah ketiganya melibatkan keterampilan proses
sains atau kemampuan dasar bekerja ilmiah (Rustaman, 2005: 9-10). Esensi
dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pertanyaan-pertanyaan tidak hanya membantu guru dalam
menentukan apa yang sudah diketahui siswa
tetapi
juga mendorong siswa lebih banyak belajar. Pertanyaan merupakan dasar bagi pembelajaran inkuiri
terbimbing atau pembelajaran Kontruktivis
(Carin
dalam Tangkas, 2012:
13).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar