Senin, 21 September 2015

PENCEMARAN AIR SUNGAI GADING TAHU Gadingrejo,Lampung



NAMA            : ROBBIN YAMA SHITA
NPM               : 1113024060

PENCEMARAN AIR SUNGAI GADING TAHU
PENDHULULAN
Latar belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organik, kotoran manusia, kaleng,limbah pabrik dan sebagainya. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat. Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Pada umumnya dampak pencemara Air dibagi menjadi empat kategori (KLH, 2004), yaitu dampak terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kulaitas air, dampak terhadap kesehatan dan dampak terhadap estetika lingkungan.
Salah satu bukti konkret pencemaran air yakni pencemaran sungai Gading Tahu yang berada di desa Gadingrejo, untuk mengetahui penyabab dan dampaknya di buatlah makalah yang berjudul “Pencemaran air sungai Gading Tahu.

Rumusan masalah
1.              Apakah penyebab pencemaran air sungai Gading Tahu
2.              Bagaimana dampak pencemaran sungai Gading Tahu bagi masyarakat sekitar
3.              Bagaimana solusi untuk menanggulangi pencemaran sungai Gading Tahu

Tujuan
1.              Mengetahui penyebab pencemaran air sungai Gading Tahu
2.              Mengetahui dampak pencemaran sungai Gading Tahu bagi masyarakat sekitar
3.              Mengetahui sousi untuk menanggulangi pencemaran sungai Gading Tahu

Tinjauan Pustaka
Menurut SK menteri Kependudukan Lingkungan Hidup no. 02/MENKLH/1988. “Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya  makhluk hidup, zat, energi, dan / atau berubahnya tatanan (komposisi air) oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitas air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya.

Menurut Achmad Lutfi, 2009:01 pada dasarnya pencemaran air sungai di indonsia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
1.              Berkembangnya industri-industri di Indonesia
Pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia, bakteriologi, serta fisik air. Polutan yang di hasilkan oleh pabrik dapat berupa:Logam Berat: timbale, tembaga, seng
2.              Belum tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air sungai. Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke sungai
3.              Pembuangan limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan.
Limbah pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui proses pengolahan, sehingga dapat mencemari air sungai karena limbah pertanian mengandung berbagai macam zat pencemar seperti pupuk dan pestisida.Pestisida bersifat toksit dan akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan manusia. 
4.              Pencemaran air sungai karena proses alam
Proses alam juga berpengaruh pada pencemaran air sungai misalnya terjadinya gunung meletus, erosi dan iklim.Gunung meletus dan erosi dapat membawa berbagai bahan pencemaran salah satunya berupa endapan/sediment seperti tanah dan lumpur yang dapat menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.Iklim juga berpengaruh pada tingkat pencemaran air sungai misalnya pada musim kemarau volume air pada sungai akan berkurang, sehingga kemampuan sungai untuk menetralisir bahan pencemaran juga berkurang. Lutfi(Achmad 2009)
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau kon sentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
1.              pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.
2.              Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).  Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia.
3.              Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 
Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc   +  (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2       →       n CO2  +  (a/2 – 3c/2) H2O  +  c NH3
4.              Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.  Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Firdauz, Srikandi)
Pembahasan
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Salah satu bukti konkret sungai tercemar yakni sungai yang ada di desa Gadingrejo,Pringsewu, Lampung, yakni sungai Gading tahu. Sesuai namanya di hulu sungai ini ada usaha pembuatan tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di lampung dihasilkan oleh industri skala kecil yang kebanyakan terdapat Gading tahu. Industri tersebut berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, di sisi lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya, yaitu untuk prosees sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan dan penyaringan. Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air. Selain itu kebiasaan warga sekitar yang membuang sampah sembarangan ke sungai menjadi penyabab pencemaran di sungai ini.
Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Dalam pembahasan makalah ini, kami fokus pada limbah industri tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat akrab dengan masyarakat indonesia. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung BOD, COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Inddustri, kadar maksimum diperbolehkan untuk BOD5, COD dan TTS berturut-turu adalah 50, 100 dan 200 mg/l, sehingga jelas bahwa libmah cair industri ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Secara umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika, kimia dan biologi. Akan tetapi, air buangan industri biaasanya hanya terdiri dari karakteristik kimia dan fisika. Parameter yag digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri pangan adalah: Parameter fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau,dan lain-lain. Parameter Kimia Parameter kimia dibedakan atas :  Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD, TOC), oksigen terlarut (DO), minyak/lemak, Nitrogen-Total (N-Total), dan lain-lain.  Kimia anorganik: pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, sulfur, H2S , dan lain-lain. Karena keterbatasan alat maka penulis hanya menggnakan paramaeter fisika yakni air berwarna coklas keruh, bau menyengat dan sedikit organisme yang hidup di dalamnya. Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Keberadaan usaha Tahu di Desa Gading Tahu, memang mengalirkan uang yang deras ke kantong warga. Tapi, beberapa tahun terakhir, limbah Tahu, terutama cair menjadi masalah tersendiri, karena menimbulkan bau busuk yang menyengat.Jika tidak segera dibuang dan ngendon di belakang rumah, maka seisi kampung akan menanggung akibatnya yakni menghirup bau busuk tersebut.”ujar Fitryadi warga Gading Tahu” selain itu menurut sumiati, keberadaan sungai yang kotor membuat  anak nya terkena beberapa bibit penyakit baik dari diare sampai penyakit penyakit kulit. Berdasarkan pengamatan air sungai Gading Tahu masih digunakan sebagai untuk kehidupan sehari-hari walaupun tidak untuk di minum misalkan mencuci baju,mencuci hewan ternak dan sering di manfaatkan untuk sarana bermain air bagi anak –anak daerah pinggiran sungai.
Sebagai peneliti Beberapa hal penting yang perlu di teliti dari karakteristik limbah cair industri tahu yang penting antara lain:
1.      Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh.
2.    Biochemical Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah cair. Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang tinggi.
3.      Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium dikhormat) untuk mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungan senawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan, air, ikan-ikan dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.
4.      Nitrogen-Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organaik campuran senyawa kompleks antara lain asam-asam amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan nitrit. Nitrogen organik dan nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawan-senyawa N-Total  adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium (NH4+) melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah. Menurut Kuswardani (1985) limbah cair industri tahu mengandung N-Total sebesar 434,78 mg/l.
5.      Derajat Keasaman (pH). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk.
Langkah yang dilakukan  memberikan contoh kepada warga sekitar untuk  menjaga lingkungan sungai(tidak membuang sampah sembarangan) dan memberikan pemahaman kepada warga sekitar tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Langkah yang dilakukan untuk pabrik tahu melakukan pendekatan pada pemilik pabrik dengan mensosialisasikan  pengetahuan tentang keseimbangan lingkungan. Pabrik tahu maupun masyrakat dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi
apakah nantinya akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat didegradasi) alam ?
Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan ?
Selain itu bekerjasama dengan kepala desa dan aparatur desa untuk membuat kebijakan dengan peraturan khusus dan mengagendakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencemaran air.
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu dicoba dan dikembangkan.

 Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis.
  1. Cara Fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan gaya graviatasi.
  1. Cara Kimia
Merupakan metode penghilangan atau konsevari senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Namun, penerapan metode fisika, kimia atau gabunan keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode pengolahan fisika-kimia terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah penanganan lebih lanjut. 
  1. Cara Biologi
Cara biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemusatan molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Proses ini sangant peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air yang dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).
  1. Pemanfaatan Limbah Industri Pangan
Pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk organik. Selain bermanfaat mengatasi pencemaran lingkungan, upaya pengolahan limbah tersebut telah memberikan banyak manfaat secara ekonomis.

Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.Kerjasama antara masyarakat, aparatur desa menjadi penentu berhasilnya kebijakan

Kesimpulan
  1. Air sungai Gading  Tahu menjadi tercemar karena pembuangan limbah pabrik tahu dan kebiasaan warga membung sampah sembarangan
  2. Dampak yang ditimbulkan yakni timbul penyakit diare, gatal-gatal, meruksan ekosistem air didalamnya,menimbulkan bau menyengat.
  3. Langkah yang dapat dilakuakan adalah memberikan sosiaisasi kepada masyarakat tentang pencemaran air sungai,dibuatnya peraturan-peraturan. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.Kerjasama antara masyarakat, aparatur desa menjadi penentu berhasilnya kebijakan


Daftar Pustaka
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar