Selasa, 06 Oktober 2015

Apa itu Berfikir Kritis




Reason (1981) dalam Sanjaya (2006: 228) mengemukakan bahwa berfikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat”pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar  dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk  menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Berikut adalah analisa pemikiran yang membahas elemen-elemen dalam berpikir menurut Richard Paul .“ Whenever we think, we think for a purpose within a point of view based on assumptions leading to implications and consequences. We use concepts, ideas and theories to interpret data, facts, and experiences in order to answer questions, solve problems, and resolve issues”.  
Thinking, then:
·       generates purposes (menghasilkan tujuan)
·       raises questions (menimbulkan pertanyaan)         
·       uses information (menggunakan informasi)
·       utilizes concepts (menggunakan konsep)
·       makes inferences (membuat kesimpulan)
·       makes assumptions (membuat asumsi)
·       generates implications (menghasilkan implikasi)
·       embodies a point of view (mengandung sudut pandang)
 Berdasarkan pendapat Paul di atas, Setiap kali seseorang berpikir, yang terjadi seseorang tersebut berpikir untuk suatu tujuan dalam sudut pandang berdasarkan pada asumsi-asumsi yang mengarah ke implikasi dan konsekuensi. Kemudian menggunakan konsep, ide-ide dan teori-teori untuk menginterpretasikan data, fakta, dan pengalaman untuk menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, danmenyelesaikan isu. Selanjutnya setelah berpikir, maka membuat/menghasilkan tujuan, menimbulkan pertanyaan, menggunakan informasi, menggunakan konsep, membuat inferensi/kesimpulan, membuat asumsi, menghasilkan implikasi, dan berdasarkan sudut pandang. Mengukur kemampuan berpikir kritis dapat berupa interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan, sebagaimana didefinisikan oleh Facione dalam The Delhi Report (1990). Selanjutnya, Gunawan (2004) menjelaskan bahwa keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan mempertentangkan, serta kemampuan untuk membedakan antara fakta dan opini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar